Thursday, March 30, 2006

Menjelang 6 tahun di Jerman (2)

Banyak pengalaman yang saya peroleh saat kepergian saya untuk studi ke Jerman ini. Ada pengalaman yang mengasikan, menyenangkan, hmmm tak terungkap dengan kata-kata, sampai yang sangat berkesan menegangkan dan terkesan norak, kuper, dan gaptek banget berada di negeri orang yang bisa dikatakan negara maju ini hehe... Semua ini saya ceritakan sebagai pengalaman hidup saya dan barangkali ada teman-teman yang memang belum pernah mengalaminya sebagai informasi agar yang kesannya norak, gaptek, dan kuper itu tidak terjadi lagi pada orang lain :D

Cerita kali ini masih seputar keberangkatan dengan menggunakan pesawat terbang pertama kali.

Check in di Soekarno Hatta kami lakukan bersama-sama penerima beasiswa lainnya. Keberangkatan tahun 2000 itu dibagi dua gelombang, gelombang pertama yang berangkat ke kota tujuan Dresden dan Freiburg dan gelombang kedua yang berangkat ke Bremen, Göttingen, dan Mannheim. Di kota-kota inilah kami masih harus mengikuti kursus bahasa Jerman lagi, setelah 6 bulan di Goethe Institut, Jakarta.

Kota tujuan saya adalah Bremen. Dari penerima beasiswa DAAD tahun 2000 itu ada 5 orang yang ke Bremen, dan hanya saya seorang yang wanita. Keempat bapak-bapak itu sudah pernah ke LN, yang berarti sudah pernah terbang dengan pesawat. Pak A dari UPI Bandung dulu S2nya di Australi, demikian juga pak S dari Univ di Maluku, Pak J IAIN Jakarta dulu kuliah S2nya di Belanda, pak E walaupun S2nya di ITB tapi sering ke LN (katanya). Jadi hanya saya yang belum pernah terbang dengan pesawat udara :D

Saat menginjakkan kaki di Frankfurt, kami tidak sempat lagi mengejar penerbangan berikutnya ke Bremen, karena Lufthansa dari Singapore terlambat mendarat. Keempat bapak-bapak itu memberikan informasi 'kita harus naik pesawat berikutnya bu'. Hihi... pokoknya kami kompak sekali karena sama-sama baru pertama ke Jerman. Sesampai di meja check ini pesawat berikutnya.. saya yang 'dipaksa' menjadi juru bicara mereka. Padahal saat ujian bahasa Jerman di Jakarta, pak A mendapatkan nilai terbaik lho. Eh ... saat di Jerman keder juga beliau ngomong bahasa Jerman hehe...

Ini pembicaraan saya (P) ama petugas check in-nya (C). Tentunya... terbata-bata, saya juga belum biasa ngomong bahasa Jerman dengan orang Jerman langsung di Jerman live begini :D Untungnya petugasnya juga maklum melihat saya orang asing dan terbata-bata mencari kata-kata sederhana merangkai kata-kata dalam bahasa Jerman.

P : Unsere Flugzeug vom Singapore ist verspätet. Wir möchten nach Bremen. (Pesawat kami terlambat, kami akan ke Bremen).
C : Ok. Moment bitte. (Sebentar)
Petugas kutak katik komputer trus bilang...
C : Ok. Sie können alle zusammen mit diesem Flug um 9.10 nach Bremen, aber leider Sie können nicht nebenan. (Anda bersama-sama bisa naik pesawat jam 9.10 ini ke Bremen, namun tidak bisa saling berdekatan)
P : Kein Problem. Macht nicht. (Gak masalah, gak apa-apa)
C : Wo sind die Gepäcksign? (Mana surat koper yang anda bawa?)
P : Wie bitte? (Apa?)
C : Sie haben Gepäck aus Jakarta oder? (Anda bawa koper kan dari Jakarta?)
P : Ja
C : Welche nummer haben Sie für Ihre Gepäck? Wo ist das Sign? (Nomor berapa koper anda? Mana surat-surat nya?) >> Petugasnya melihat saya dengan tampang heran kali ya, nih orang gak tahu apa perlu surat-surat atau gak ngerti bahasa Jermannya :p
P : Keine. Moment bitte.

Nah ini mulai panik, karena sebenarnya saya mengerti yang dia minta adalah surat-surat koper. Namun karena saya merasa tidak menerima surat atau apa pun dari check in saat di Jakarta, maka saya bilang tidak ada. Saya kembali keluar dari barisan menemui bapak-bapak yang menunggu menjaga barang bawaan kami. Dengan polosnya saya nanya 'Eh pak, kok saya bingung ya... si petugas menanyakan nomor koper kita. Emang ada nomornya gitu? Kok saya gak dapat ya kemarin waktu di Jakarta? cuma dapat tiket ke Bremen doang'. Ehh... dengan santainya pak S bilang 'Ya ada dong bu... setiap barang/koper dibagasi ada nomornya. Karena kita check in barengan, barang-barang kita dijadikan satu surat. Ini saya yang bawa.'

Duhh... antara mau marah dan sadar kok saya yang gaptek gak tahu atau saya yang norak gak pernah naik pesawat, sehingga tidak tahu bahwa bagasi harus bernomor dan diberikan saat kita check in :( 'Eh kalian kan yang udah pernah ke LN, kok gak ngasih tahu kalau ada surat bagasi. Mana maksa-maksa saya yang suruh ngomong ke meja check in lagi. Bilang dong...pasti dia nyangkanya saya norak banget nih' Dalam hati... ketawa hihi.. ya emang norak gak tahu, kirain saya yang bego gak ngerti bahasa Jerman, ternyata masih ngerti kok hehe...

Akhirnya kami dapat melanjutkan penerbangan ke Bremen dengan pesawat yang sama, walaupun tempat duduk terpisah-pisah.

Bremen, kota pertama saya tinggal di Jerman.

(bersambung)






1 Comments:

At 6:43 AM, Blogger Inayah said...

mbak putri...pak J dai IAIN Jakarta, maksudnya JM Muslimin ya ?
kala bener, temennya suamiku tuh, sama dari IAIN Jakarta juga

 

Post a Comment

<< Home