Friday, October 19, 2007

Cerita Mudik (1)

Tanggal 8 Oktober 2007 sehabis sholat subuh kami sekeluarga berniat mudik ke Purwokerto, ke desa Kebasen tepatnya. Karena kami berangkat pagi hari, saat matahari baru terbit seperti foto disamping ini, maka suasana jalan dari Bandung ke arah timur masih sangat lenggang. Terlebih lagi tanggal 8 belum termasuk cuti bersama, jadi belum banyak orang pulkam. Kebetulan di kampus hari itu adalah hari pertama libur bagi mahasiswa dan mas Agus bisa cuti lebih awal, jadi kami bisa pergi saat belum banyak orang mudik.

Sepanjang perjalanan kami mendapat obyek-obyek foto yang menarik, yang pasti... tidak terlihat selama kami di Jerman. Foto di samping kanan ini salah satunya... bersepeda motor berempat dengan 2 anak kecil. Selama perjalanan mudik ini kami menemui beberapa keluarga yang mudik naik motor dengan 2 bahkan ada yang dengan membawa 3 anak kecil, satu anak di depan, satu anak diapit ibu bapaknya, dan satu bayi ada digendongan ibunya. Melihatnya miris .. ngeri juga mengingat sepanjang jalan penuh kendaraan bermotor, mobil, truk dan bis. Namun mungkin itu alternatif mudik termurah yang bisa mereka lakukan ya. Sayangnya keselamatan anak lebih tidak terperhatikan oleh ortunya, contoh sederhananya... para ortu berhelm, sementara anak-anak mereka dibiarkan begitu saja terkena angin, mungkin karena posisi anak kalau pakai helm akan mengganggu pandangan sang bapak yang mengendarai motor.

Pasar
Masih di kota Bandung, pasar yang berada di jalan raya bisa membludak sampai mengambil setengah badan jalan. Seperti foto disamping ini adalah suasana pasar di Bandung timur, di Cileunyi (kalau gak salah hihi...). Foto ini diambil dari dalam mobil, karena mobil berjalan pelan, berhenti, jalan pelan, berhenti dan pasar ini sudah mengambil setengah badan jalan mobil. Jadi cukup dekat kan... Baru sadar ternyata belum tentu macet karena banyak kendaraan bermotor, tapi faktor lingkungan seperti pasar yang menjorok ke jalan raya juga mengakibatkan kemacetan di beberapa tempat. Belum lagi pembeli yang berjubel di sepanjang jalan, terlebih mendekati hari Lebaran.

Foto di samping kiri ini saat perjalanan memasuki perbatasan kota Purwokerto dari arah Wangon. Sepanjang jalan berderet pedagang penjual Dawet Ayu, minuman khas Banjarnegara. Dengan kain penutup warna-warni... kuning, hijau, biru, atau ungu.... membuat sepanjang jalan ini penuh warna ceria. Belum lagi penjual layang-layang burung yang berwarna-warni, membuat pemandangan menjadi sejuk dan ceria.

Mudik pertama di Indonesia, setelah sekian lama gak mudik, seperti pengalaman baru lagi buat kami. Buat si cantik tentunya mudik pertama kali setelah dia mulai sekolah. Banyak pengalaman baru? Tentu saja.... banyak yang dia ingin coba pada liburan kali ini. Syukurnya dia menikmati sekali perjalanan mudik ke kampung halaman bapaknya :D Cerita mudik berikutnya berisi kegiatan si cantik selama di desa Kebasen.... mulai dari jalan-jalan ke Purwokerto, ketemu dik Fian sepupunya, bermain ke Sungai Serayu, hingga mencari ulet daun pisang dan menangkap belalang...

=== bersambung ===

Labels:

Sunday, October 07, 2007

Lebaran 2007....


Foto : Masjid Al Ikhwan, Cibeunying
(dari balik jendela rumah kami)


Seperti biasa setiap orang pasti punya banyak cerita menjelang lebaran. Mulai dari harga-harga naik, acara buka puasa,... dll...dll... sampai tradisi mudik. Buat saya, sejak 5 tahun terakhir... setiap menjelang lebaran mengingatkan pada ibu.

Mudik... dulu ketika saya masih kuliah, di Bandung, sementara ortu masih di Jawa Timur, acara mudik itu seperti sebuah kewajiban yang dilaksanakan dengan terpaksa. Terpaksa bukan karena tak ingin pulang, hanya saja dengan kondisi kereta penuh sesak membuat malas melakukannya. Sampai akhirnya ortu pindah ke Bandung, perasaan lega tidak perlu mudik lagi hehe...

Itu dulu... Tahun 2000 saat masih di Jerman, malam natal saya pernah melakukan perjalanan dengan kondisi kereta juga penuh sesak. Saya mendengarkan pembicaraan orang-orang Jerman, anak muda, orang tua,.... semua membicarakan mereka serasa punya kewajiban untuk mudik di malam natal. Ketika itu saya jadi teringat acara mudik lebaran.... Baru saya juga menyadari pentingnya mudik bukan cuma sekedar datang dan nampak dihadapan orang tua, tapi bagaimana kita mengikhlaskan hati datang ke sana dan melakukan komunikasi yang mungkin sempat tertunda karena jarak.

Selama 7 tahun di Jerman, saya belum pernah khusus pulang karena lebaran. Terlebih setelah kami sekeluarga berkumpul di sana. Pertimbangan waktu dan tiket yang membuat kami tidak pernah mudik saat di Jerman.

Tahun ini.. saat kesempatan itu ada, Insya Allah kami ingin melakukan perjalanan ke rumah ortu di Jawa Tengah. Sebelum kami mudik besok pagi, kami sekeluarga ingin mengucapkan:

Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir Batin.

Labels: