Thursday, March 08, 2007

Terbang...Terbang..

Membaca berita kecelakaan pesawat (lagi) di Indonesia, bikin merinding hari ini. Walaupun tidak ada seorangpun yang saya kenal, tapi tulisan mbak Inot di Holland ini tentang temannya membuat ikut sedih.

Terbang.. terbang.. terbang... kalau diingat-ingat dalam waktu yang berdekatan 3x saya terbang ke Indonesia dengan menggunakan pesawat yang berbeda-beda. Juga tahun-tahun sebelumnya, sejak terbang pertama kali ke Jerman menggunakan Lufthansa, saya tidak pernah fanatik terhadap salah satu penerbangan, selalu ganti-ganti pesawat... mulai dari Lufthansa, KLM, SQ, Emirates, dan sekali memesankan MAS untuk suami dan anak. Di dalam negeri sendiri, penerbangan pertama saya menggunakan Garuda adalah saat dari Bali ke Jakarta bulan November 2006 lalu. Kesan yang saya tulis memang tidak jelek-jelek amat kok pelayanan maupun pesawatnya, bahkan saya level kan selevel KLM dari Hamburg-Amsterdam. Tapi itu cuma sekali ya.. ntah barangkali orang-orang yang lebih sering terbang bersama Garuda punya pendapat yang berbeda.

Beberapa kali terbang dengan berbagai penerbangan, rasanya sama saja. Oh ya, sekali dengan KLM sekitar tahun 2002 pernah juga mengalami 'ketegangan' saat turun di Singapore. Walaupun tidak tahu apa yang terjadi, tapi 'perasaan' mengatakan saat itu kondisi tidak baik untuk mendarat. Saat pesawat selamat mendarat ...semua penumpang bertepuk tangan menyatakan kelegaannya. Dan... tak lama kemudian setelah turun, penumpang ke Jakarta dialihkan ke pesawat Lufthansa karena... mesin pesawat mati satu sejak sejam sebelum mendarat. Duhh kebayang kalau tahu saat di atas, pasti penumpang panik. Penerbangan dengan KLM bulan Juli 2006 sempat ditunda semalam sebelum terbang dari Jakarta, juga dengan alasaan pesawat KLM dari Amsterdam mengalami kerusakan (ntah dimana), sehingga tidak dapat melanjutkan penerbangan ke Jakarta. Akibatnya yang dari Jakarta pun tidak dapat terbang ke Amsterdam.

Yah... pengalaman deh emang kalau cari tiket yang lebih murahan, begitu sering yang ada di pikiran kita. Termasuk saat Adam Air, yang katanya murahan celaka bulan Januari lalu. Tapi tidak selalu seperti itu lho... coba baca Terbang bersama Emirates (1) dan (2). Walaupun tiket pesawat Emirates lebih murah dibanding lainnya... tapi pelayanan dan kondisi pesawatnya selevel SQ.

Dan... lebih canggih lagi di pesawat Emirates kita bisa melihat kondisi saat mendarat dan terbang dari kamera yang dipasang di depan pesawat.
Nah... ini yang membuat saya ngeri membanyangkan jika di pesawat Garuda tadi pagi ada kamera seperti itu. Pasti dengan mata kepala sendiri menyaksikan siksaan, trauma, atau apalah namanya... sebelum kecelakaan terjadi. Bisa dibayangkan kalau ada kamera tersebut, sesuai cerita penumpang, mereka akan melihat pesawat terbanting 2-3x sebelum akhirnya terbakar. Duhh.... Pengalaman Terbang bersama Emirates Januari lalu membuat saya berpikir apa yang saya tulis disitu memang benar adanya ya? Bahwa hanya saat mendarat di Jakarta pesawat sedikit meleset saat turun di landasan karena memang landasan bandara di Indonesia tidak sempurna kondisinya?

Apakah termasuk kondisi bandara di Yogya ini juga kurang sempurna, sehingga seperti cerita pagi tadi kecelakaan terjadi saat akan mendarat dan seperti dihempaskan 2-3x saat menyentuh landasan dan akhirnya terbakar? Entah lah......

Saya ingat cerita Peter Damm saat bulan November lalu beliau ke Yogya, terbang dengan Garuda juga dari Jakarta. Peter bercerita sebelum menyentuh landasan di Yogya, pesawat Garuda sempat turun naik bergelombang 2x sebelum akhirnya menyentuh landasan. Kalau ingat cerita Peter dan menghubungkan dengan cerita saksi mata yang saya baca di detik.com tadi, rasanya.... mempunyai kemiripan kondisi bahwa sebelum menyentuh landasan pesawat sempat naik turun 2x sebelum akhirnya menyentuh landasan. Apakah pilotnya sama? Gak tahu juga. Perbedaannya... saat November lalu Peter hanya mengalami gelombang tanpa celaka, sedangkan Garuda pagi ini tadi turun naik 2-3x terbanting dan akhirnya jatuh terbakar. Hikss....

Semoga penanganan di bandara, pesawat, dan kendaraan lainnya akan lebih diperhatikan pemerintah kita ya. Memang jalannya hidup dan mati setiap orang sudah dituliskan oleh Yang Maha Kuasa. Kita harus selalu berserah diri. Namun perlu diingat usaha untuk berhati-hati harus selalu dilakukan manusia yang dianugerahi akal pikiran.

Innalillahi wa innalillahi roji'un.
Turut berduka cita untuk para korban dan semoga amal ibadahnya diterima oleh Yang Maha Kuasa dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan lahir dan batin.

Labels:

8 Comments:

At 1:01 PM, Anonymous Anonymous said...

iya neh, kecelakaan lagi kecelakaan lagi

 
At 2:22 PM, Blogger ira i said...

Iya Mbak sedih deh denger beritanya. Jadi tatut naik pesawat...

 
At 2:48 PM, Blogger Akoe said...

Put..kalo aku emang fobia terbang..kalo mau terbang udah dari malam ngak bisa tidur...padahal kan umur ditangan tuhan yah...

 
At 6:39 PM, Blogger MaIDeN said...

Katanya ini karena jalur pendaratannya terlalu pendek sehingga pesawat harus mendarat dengan menghentak dan pengereman yang over. Katanya sih :)

Ada yang bilang tinggal tunggu waktu aja kejadian ini di Mataram, karena kondisi Selaparang Mataram mirip dengan Adisucipto Jokja :(

 
At 6:40 PM, Blogger ~tanty~ said...

Spot on Putri, totally agree with you. Mudah2an orang2 dan pihak2 terkait mau belajar dari kesalahan.

 
At 5:38 AM, Blogger Yulia said...

Wkt gw mo ke Jkt rencanaan mo ke Menado dan Padang. Tp setelah gw denger adam air kecelakaan, menciutlah perasaan gw utk terbang kesana. Emang ajal kt ada di tangan Tuhan, tp kok wkt itu gw gak yakin dgn penerbangan domestik Indo.

Sebelum ke Jogya gw jg kontak zilko, pesawat apa yg aman. Katanya sih Garuda, tp akhirnya kita mutusin utk naek mobil aja.

Semoga para keluarga yg di tinggal tabah ya en yg pasti di beri kekuatan. Amin.

 
At 12:23 AM, Blogger si inot said...

kl bolak-balik celaka mestinya ada aturan yg ketat ttg alat2 perhubungan dan fasilitasnya ya mbak put. macam layak terbang pesawat, qualifikasi pilot, kondisi runway pesawat, dll dll. kayak ada pertanggungjawaban gitu dr mentrinya. nasib sih nasib, tp ya yg lain2 jg harus diperhatikan untuk mencegah kecelakaan, gak 100% nyerahin ke nasib.
denger2 dr tv, katanya resiko celaka naik pesawat di indo itu 3 kali lebih besar dr rata2 di dunia. gak tau bener or not..

 
At 10:52 AM, Blogger Inayah said...

turut berduka banget..miris ngeliat nasib orang, emang asih kecelakaan mah dimana aja, tapi kalau ngeliat entah sudah keberapa kalinya terjadi di Indo dan berturut-turut kayak gitu, duh....begimana gitu!

 

Post a Comment

<< Home