Pendidikan dan Penilaian
Sebelum menyelesaikan cerita perjalanan minggu lalu, saya sela dulu dengan cerita kemarin Bilah mendapat raport terakhirnya di sekolah dasar. Banyak hal yang menarik tentang pendidikan anak di sekolah Bilah ini khususnya. Bisa menjadi contoh atau dasar pemikiran buat pendidik anak, baik guru maupun kita sebagai ortu.
Di Jerman sekolah dasar hanya sampai kelas 4, beda dengan di Indonesia sampai kelas 6. Dari sisi bangunan fisik memang berbeda, artinya dari kelas 4 di Jerman mereka pindah masuk ke Gymnasium, Gesamtschule, Real- atau Hauptschule dan dari kelas 6 di Indonesia pindah masuk ke SMP . Namun kalau saya telaah lebih lanjut, dari sisi pendidikan dan materi pelajarannya tidak terlalu berbeda antara kelas 5 dan 6 di Gymnasium dengan di kelas 1 SMP, terutama di bidang matematika, biologi, fisika... namun berbeda tujuan dan tinjauan untuk ilmu-ilmu sosialnya. Ya kalau itu bisa dimaklum karena memang negaranya berbeda.
Kembali ke nilai Bilah tadi, ada sistem pendidikan yang bagus yang tidak hanya diberikan ke anak-anak melainkan juga ke orang tuanya. Sejak kelas 1 setiap mengambil raport setiap orang tua diundang ke sekolah dan diberi waktu masing-masing 20 menit. Undangan dan pemilihan waktunya pun bukan ditentukan pihak sekolah, namun beberapa hari sebelumnya orang tua diberi formulir isian kapan waktu mereka bisa datang. Jadi benar-benar fleksible kita mau mengambil raportnya. Tepat waktu kita, kita sebagai orang tua bisa mendiskusikan langsung tentang anak kita sendiri. Sang guru tahu detail satu per satu tentang si anak, tidak hanya soal pelajaran, kebersihannya, termasuk juga pergaulan dan persahabatannya. Contoh yang paling berkesan yang saya alami, waktu awal kelas 3 lalu, Bilah dekat dengan Nathalie. Si ibu gurunya bertanya ke saya, "Anda tahu kan kalau Bilah dekat dengan Nathalie?". Saya jawab,"Iya tahu, tiap pagi juga Nathalie ke rumah kami kok". Selanjutnya... "Apa anda tahu kalau orang tua si Nathalie itu bercerai? Nathalie baru diberitahu oleh ortunya tahun ini, dan dia sedang mengalami kesedihan hebat. Bilah itu tempat curhatnya, saya sebagai guru tidak ingin pandangan Bilah tentang keluarga berubah akibat curhat temannya itu. Saya wajib memberitahu anda karena saya tahu Bilah sifatnya lembut dan pendengar sekali", begitu penjelasan panjang lebar dari gurunya. Dari sisi yang saya lihat si ibu guru ini ingin agar saya berbicara ke Bilah juga tentang keluarga, pergaulan, bagaimana bersikap sama teman. Alhamdulillah sih sampai saat ini Bilah memang tetap curhat setiap malam ke saya, dari A sampai Z, dari teman-teman, sampai naksir cowok hihi.... Lepas dari situ saya jadi tahu bahwa pendidik disini bukan cuma menilai mata pelajaran, namun juga mendidik anak-anak dari sisi yang lain.
Khusus pengambilan raport kemarin, sebagai nilai akhir di sekolah dasarnya, saya menerima raport bukan lagi dalam bentuk uraian, namun dalam bentuk nilai. Sedikit berbeda ... nilai 1 disini sama dengan A di Indonesia. Saat melihat raport Bilah... wow senang dong. Walaupun udah tahu sehari-hari ulangannya memang bagus (deuh... muji anaknya sendiri hihi..), namun beberapa mata pelajaran membuat saya terkejut juga. Kalau matematikanya dapat 1 itu tidak heran lagi hehe... *bangga*, tapi di pelajaran musik dia juga dapat 1... Wow darimana coba dia punya bakat musik? hehehehe.... Bilah memang cerita di sekolah suka main musik, tapi bermacam-macam dan saya tidak terlalu tahu detail tentang itu. Ternyata kata sang guru si Bilah ini pinter lho main musik dan baca not-not musiknya itu. Bikin terbengong-bengong dengarnya. Trus... membaca dalam bahasa Jerman Bilah juga dapat 1. Sayangnya... dalam berbicara dalam bahasa Jerman dia dapat 3, bukan karena dia gak bisa berbicara bahasa Jerman, namun menurut sang guru si Bilah kalau tidak disuruh tidak mau berinisiatif menjawab walaupun tahu dan mengerti jawabannya. Tidak aktif berbicara. Wahh... tipikal anak Indonesia tuh kalau gak disuruh ya diam aja toh hehehe... ini saya juga maksudnya. Jadi ya... diterima aja hehe.. Lainnya Bilah mendapat 2+ termasuk menulis dalam bahasa Jerman, gramatiknya ok.
Setelah saya dan sang guru berdiskusi mengenai nilai-nilai tersebut. Tiba-tiba si ibu guru ini mengeluarkan selembar copy-an formulir nilai yang sama dan berkata... "Dua hari sebelum nilai ini di tulis, anak-anak kami minta menilai dirinya sendiri. Kami ingin mereka bisa menilai kemampuan diri sendiri". Wahhh hebat juga ya pikir saya. Kagum punya pemikiran dan ide seperti itu untuk anak-anak yang katakan baru berusia 9-11 tahun. "Saya kagum dengan kemampuan Bilah menilai diri sendiri. Coba lihat ini", kata si ibu guru menunjukkan copy-an formulir yang baru dikeluarkan. Di lembar copy-an itu tampak tulisan Bilah memberi nilai dirinya sendiri untuk tiap mata pelajaran dengan diberi beberapa keterangan di sampaing kanannya mengapa dia menganggap bisa mendapat nilai seperti yang dia tuliskan sendiri di kolom sebelah kirinya. Nilai yang Bilah tulis hanya berbeda 2-3 mata pelajaran. Matematika misalnya... Bilah menulis nilainya 2+, namun gurunya memberi nilai 1. Pelajaran berbicara dalam bahasa Jerman Bilah menulis 2 dengan alasan dia mengerti apa isi pembicaraan, namun ibu gurunya memberi 3+ karena yang dinilai adalah bicaranya, bukan cuma mengerti. Kalau tidak berbicara ya nilainya kurang. Selebihnya... Bilah menilai sama seperti yang dinilai ibu gurunya.
Setelah saya sebagai orang tua setuju dengan nilai tersebut, saya menandatanganinya dan menerima selembar nilai asli dan surat pengantar untuk mendaftarkan ke Gymnasium, sekolah selanjutnya.
Pulang dari sekolahnya saya berjalan sambil mengenang saya kecil. Rasanya....semua waktu ditentukan mutlak oleh pihak sekolah, semua nilai ditentukan mutlak oleh sang guru tanpa ada diskusi lebih dahulu, rasanya.. tidak pernah diberi kesempatan menilai diri sendiri, rasanya... memang anak sekolah di Indonesia hanya boleh berbicara kalau disuruh atau diminta, bukan berinisiatif melempar ide.... dan banyak lagi hal-hal yang berbeda. Hmm... pelajaran juga bagi saya bagaimana mendidik anak.
Lepas dari itu.... Boleh tidak ya kalau tahun ini Bilah balik ke Indonesia langsung masuk SMP seperti disini masuk ke Gymnasium?
Ada yang bisa bantu? hihi...
Di Jerman sekolah dasar hanya sampai kelas 4, beda dengan di Indonesia sampai kelas 6. Dari sisi bangunan fisik memang berbeda, artinya dari kelas 4 di Jerman mereka pindah masuk ke Gymnasium, Gesamtschule, Real- atau Hauptschule dan dari kelas 6 di Indonesia pindah masuk ke SMP . Namun kalau saya telaah lebih lanjut, dari sisi pendidikan dan materi pelajarannya tidak terlalu berbeda antara kelas 5 dan 6 di Gymnasium dengan di kelas 1 SMP, terutama di bidang matematika, biologi, fisika... namun berbeda tujuan dan tinjauan untuk ilmu-ilmu sosialnya. Ya kalau itu bisa dimaklum karena memang negaranya berbeda.
Kembali ke nilai Bilah tadi, ada sistem pendidikan yang bagus yang tidak hanya diberikan ke anak-anak melainkan juga ke orang tuanya. Sejak kelas 1 setiap mengambil raport setiap orang tua diundang ke sekolah dan diberi waktu masing-masing 20 menit. Undangan dan pemilihan waktunya pun bukan ditentukan pihak sekolah, namun beberapa hari sebelumnya orang tua diberi formulir isian kapan waktu mereka bisa datang. Jadi benar-benar fleksible kita mau mengambil raportnya. Tepat waktu kita, kita sebagai orang tua bisa mendiskusikan langsung tentang anak kita sendiri. Sang guru tahu detail satu per satu tentang si anak, tidak hanya soal pelajaran, kebersihannya, termasuk juga pergaulan dan persahabatannya. Contoh yang paling berkesan yang saya alami, waktu awal kelas 3 lalu, Bilah dekat dengan Nathalie. Si ibu gurunya bertanya ke saya, "Anda tahu kan kalau Bilah dekat dengan Nathalie?". Saya jawab,"Iya tahu, tiap pagi juga Nathalie ke rumah kami kok". Selanjutnya... "Apa anda tahu kalau orang tua si Nathalie itu bercerai? Nathalie baru diberitahu oleh ortunya tahun ini, dan dia sedang mengalami kesedihan hebat. Bilah itu tempat curhatnya, saya sebagai guru tidak ingin pandangan Bilah tentang keluarga berubah akibat curhat temannya itu. Saya wajib memberitahu anda karena saya tahu Bilah sifatnya lembut dan pendengar sekali", begitu penjelasan panjang lebar dari gurunya. Dari sisi yang saya lihat si ibu guru ini ingin agar saya berbicara ke Bilah juga tentang keluarga, pergaulan, bagaimana bersikap sama teman. Alhamdulillah sih sampai saat ini Bilah memang tetap curhat setiap malam ke saya, dari A sampai Z, dari teman-teman, sampai naksir cowok hihi.... Lepas dari situ saya jadi tahu bahwa pendidik disini bukan cuma menilai mata pelajaran, namun juga mendidik anak-anak dari sisi yang lain.
Khusus pengambilan raport kemarin, sebagai nilai akhir di sekolah dasarnya, saya menerima raport bukan lagi dalam bentuk uraian, namun dalam bentuk nilai. Sedikit berbeda ... nilai 1 disini sama dengan A di Indonesia. Saat melihat raport Bilah... wow senang dong. Walaupun udah tahu sehari-hari ulangannya memang bagus (deuh... muji anaknya sendiri hihi..), namun beberapa mata pelajaran membuat saya terkejut juga. Kalau matematikanya dapat 1 itu tidak heran lagi hehe... *bangga*, tapi di pelajaran musik dia juga dapat 1... Wow darimana coba dia punya bakat musik? hehehehe.... Bilah memang cerita di sekolah suka main musik, tapi bermacam-macam dan saya tidak terlalu tahu detail tentang itu. Ternyata kata sang guru si Bilah ini pinter lho main musik dan baca not-not musiknya itu. Bikin terbengong-bengong dengarnya. Trus... membaca dalam bahasa Jerman Bilah juga dapat 1. Sayangnya... dalam berbicara dalam bahasa Jerman dia dapat 3, bukan karena dia gak bisa berbicara bahasa Jerman, namun menurut sang guru si Bilah kalau tidak disuruh tidak mau berinisiatif menjawab walaupun tahu dan mengerti jawabannya. Tidak aktif berbicara. Wahh... tipikal anak Indonesia tuh kalau gak disuruh ya diam aja toh hehehe... ini saya juga maksudnya. Jadi ya... diterima aja hehe.. Lainnya Bilah mendapat 2+ termasuk menulis dalam bahasa Jerman, gramatiknya ok.
Setelah saya dan sang guru berdiskusi mengenai nilai-nilai tersebut. Tiba-tiba si ibu guru ini mengeluarkan selembar copy-an formulir nilai yang sama dan berkata... "Dua hari sebelum nilai ini di tulis, anak-anak kami minta menilai dirinya sendiri. Kami ingin mereka bisa menilai kemampuan diri sendiri". Wahhh hebat juga ya pikir saya. Kagum punya pemikiran dan ide seperti itu untuk anak-anak yang katakan baru berusia 9-11 tahun. "Saya kagum dengan kemampuan Bilah menilai diri sendiri. Coba lihat ini", kata si ibu guru menunjukkan copy-an formulir yang baru dikeluarkan. Di lembar copy-an itu tampak tulisan Bilah memberi nilai dirinya sendiri untuk tiap mata pelajaran dengan diberi beberapa keterangan di sampaing kanannya mengapa dia menganggap bisa mendapat nilai seperti yang dia tuliskan sendiri di kolom sebelah kirinya. Nilai yang Bilah tulis hanya berbeda 2-3 mata pelajaran. Matematika misalnya... Bilah menulis nilainya 2+, namun gurunya memberi nilai 1. Pelajaran berbicara dalam bahasa Jerman Bilah menulis 2 dengan alasan dia mengerti apa isi pembicaraan, namun ibu gurunya memberi 3+ karena yang dinilai adalah bicaranya, bukan cuma mengerti. Kalau tidak berbicara ya nilainya kurang. Selebihnya... Bilah menilai sama seperti yang dinilai ibu gurunya.
Setelah saya sebagai orang tua setuju dengan nilai tersebut, saya menandatanganinya dan menerima selembar nilai asli dan surat pengantar untuk mendaftarkan ke Gymnasium, sekolah selanjutnya.
Pulang dari sekolahnya saya berjalan sambil mengenang saya kecil. Rasanya....semua waktu ditentukan mutlak oleh pihak sekolah, semua nilai ditentukan mutlak oleh sang guru tanpa ada diskusi lebih dahulu, rasanya.. tidak pernah diberi kesempatan menilai diri sendiri, rasanya... memang anak sekolah di Indonesia hanya boleh berbicara kalau disuruh atau diminta, bukan berinisiatif melempar ide.... dan banyak lagi hal-hal yang berbeda. Hmm... pelajaran juga bagi saya bagaimana mendidik anak.
Lepas dari itu.... Boleh tidak ya kalau tahun ini Bilah balik ke Indonesia langsung masuk SMP seperti disini masuk ke Gymnasium?
Ada yang bisa bantu? hihi...
5 Comments:
bilah hebat banget ya.... selamat ya... gimana sih mbak cara ngajarinnya hehehe
menarik sekali cerita mengenai pendidikan di sana mba :> beruntung Bilah bisa merasakan pendidikan yang bagus..
disini,untuk seusai yuta dah dibuka kelas khusus yang bentuknya dalam permainan saja.anak diberi kebebasan dalam berekspresi sehingga anak menjadi lebih mandiri dan bebas mengungkapkan pendapat.selain itu anak diajarkan langsung ke lingkungan luar.
ok,sukses ya bilah n selamat atas prestasi yang diraih ya...
Well done Bilah ! Keep up the good work, like mother like-like daughter ... pinter2 semua. :)
Putri, systemnya sama dengan di sini, dari sampai grade 4, parent-teacher meeting saat mengambil report dan ada komunikasi langsung antara guru, orang tua dan murid (disini murid dilibatkan saat guru bicara dengan orang tua) lebih enak begini memang, juga menghargai si anak yang bekerja keras ehhh belajar keras, memperlakukan mereka secara dewasa, anak berhak tahu juga kan ... tidak semua ditentukan oleh guru ...
Yang masuk SMP di Indo, wahhhh nggak tahu ya, mungkin bisa cari info dari sekolah2 di Indo ...
Wah kok kebetulan Mbak saya juga lagi posting soal rapor sekolah ..
Emang bangga ya sbg ortu kalau anak2 kita mendapat nilai bagus
Sistem pendidikan di jerman hampir sama dengan di Belanda kecuali anak suruh memberi penilaian sendiri ( nanti mau saya usulkan pas rapat wali murid sepertinya ide bagus ) ...
Sama kayak mbak putri saya juga cukup puas dengan system pendidikan di sini , tidak hanya masalah akademis aja yg di pentingkan tapi juga psikologis anak2 ..
salam
susie
Selamat ya Bilah....
Keren juga ya Mbak sistem penilaian di sana....
Post a Comment
<< Home