Wednesday, February 28, 2007

Menjelang 7 tahun (2)

Teman

Kilas balik dikit... saya belum pernah pergi jauh sebelumnya. Paling jauh dari Jombang ke Jakarta :D Beberapa bulan sebelum terbang, banyak pertanyaan muncul di kepala, banyak kekuatiran hehehe.. Kalau ingat itu sekarang bisa ketawa, tapi waktu itu bikin panik dikit. Pertanyaan yang sering saya ajukan ke si dia ini adalah gimana sih terbang, gimana di pesawat nanti, harus gimana ini itu, gimana sampai di bandara. Trus website bandara Frankfurt dilihat tiap saat bisa buka internet, dipelajari walaupun gak ngerti haha... Mas Agus sampai bilang percuma deh dilihat-lihat terus, ntar diikuti aja. Bener ternyata pendapatnya untuk orang yang pertama kali terbang, enakan diikuti aja lah alurnya :D

Pertanyaan berikutnya adalah kekuatiran nanti tinggal di Jerman. Kalau kehabisan uang gimana ya? Ngutang ke siapa? hahahaha... yang dipikirin pertama ngutang kesiapa kalau gak punya duit? Tapi serius itu pertanyaan yang muncul karena saya merasa gak punya siapa-siapa di Jerman. Kontak pertama yang saya lakukan adalah ke Mas Abe yang saat itu sedang kuliah di Bremen, kota tujuan saya pertama nantinya. Hmm... mas Abe ini dah jadi boss juga sekarang di Dikti ;) ntah baca atau ada yang kenal... gak apa-apa lah ya diceritakan :D

Banyak teman banyak saudara. Itu yang pertama saya rasakan sesampainya di Jerman. Perjalanan dengan 4 orang bapak-bapak yang lain cukup menyenangkan. Sesampai di Bremen, mas Abe jemput kami dengan tiga orang student lainnya. Mereka bantuin kami mengurus segala keperluan di Goethe Institut Bremen. Makasih buat Ichwan, Yasman, dan mas Abe... duhh kangen semua nih. Banyak banget kenangan di Bremen. Sayangnya.... saya belum bisa mengumpulkan foto-foto selama di Bremen ini.

Selama 4 bulan di Bremen pekerjaan saya hanya kursus bahasa, dan sore hingga malam nongkrong di komputer hall Uni Bremen buat chatting ama si dia yang selalu nginap di kantornya hihi.. Jujur ini pertama kali saya chatting. Kenal chatting sih sudah sejak masih di Bandung, tapi saya beranggapan kurang kerjaan aja ngobrol via chatting. Nah berhubung jauhan sama suami, belajarlah buat chatting. Eh kok sekarang jadi keterusan ya hahaha... Kalau hari Sabtu/Minggu karena dia ke Bandung, kalau tidak ada acara jalan-jalan saya suka chatting ama Muslim namanya dulu di Denver. Rumahnya di Bogor.. apa kabarnya ya? Setelah balik ke Bogor jarang lagi kami berhubungan sekalipun via email. Kalau yang bersangkutan baca, atau ada yang kenal dia... salam saya buat Muslim dan keluarganya. Kenangan terindah jadi banyak teman.

Masih cerita tentang teman.... pernah suatu hari pak Joko, salah seorang dari kami tiba-tiba mengalami bengkak kaki. Duhh gak tahu kenapa tuh pak ya? Pokoknya kami ber-5 panik. Sama-sama belum tahu gimana caranya pakai asuransi, gimana ke dokter, gimana ke rumah sakit? Malam itu... masih ingat dibawah sinar bulan purnama, melalui kebun bunga rumah sakit hahaha.. pokoknya serasa romantis deh, kami mengantar pak Joko ke rumah sakit dibelakang asrama Goethe. Tahu naik apa? Naik sepeda puntho yang kuno itu lho... hihi.. trus dia duduk di sadel kayak anak kecil, di kiri dipegang pak Semmy, dikanan dipegang pak Ari, dan saya mengikuti di belakangnya. Kami bersama-sama mengantarnya ke rumah sakit dan menungguinya hingga tengah malam. Hehehehe.... pengalamanan paling mengesankan selama di Bremen. Mengesankan karena... terharu juga... begitu berartinya teman.

Alhamdulillah perkara utang, ternyata saya tidak harus mengalami utang ke siapa. Kekuatiran itu pernah muncul sekali selama di Hamburg, tapi itupun tak lama dan tak pernah terulang dan semoga tidak pernah ngutang :D Kalau diutangin teman? Pernah... beberapa kali dan alhamdulillah kembali.


Labels:

Saturday, February 24, 2007

Menjelang 7 tahun (1)


Ceritanya... sedang ruwet... hehe.. lagi capek, pusing, males bikin cerita... males mikir, males.... aja. Daripada gak ngeblog... jadi pasang aja foto kota Müchen dari menara Olympia Stadion. Nah kayaknya lagi ruwet kayak kota itu deh... hehehe...

Itu foto bulan Desember tahun 2003. Lho udah lama banget ya... ? Sudah hampir 7 tahun saya di Jerman. Sedang demen upload foto-foto lama di blog koleksi ini. Siapa tahu ntar dari Indonesia susah meng-upload foto hehehe...

Hampir seperempat perjalanan hidup terekam di Jerman.


Labels:

Monday, February 19, 2007

Kue Ultah




















Ini kue ultah Bilah. Seperti biasa si cantik satu ini maunya bikinan ortunya. Jadi deh malam sabtu bikin kue Lapis Surabaya trus... hiasan itu bapaknya yang bikin lho. Saya sih gak terampil menghias-hias, jadi semua bahan disiapkan saja dan... ... simsalabim jadi deh gambarnya si hamster peliharaan Bilah, hasil karya sang bapak. Eh ada protes dari si anak, soalnya gigi hamster kan harusnya cuma 2 bukan 3 kayak coklatnya itu... hehehehe...

Labels:

Thursday, February 15, 2007

10 Tahun

Alhamdulillah si cantik ini berusia 10 tahun hari ini. Barakallah usianya ya sayang... Semoga selalu sehat, bahagia dan terkabul cita-cita, serta selalu mendapat kekuatan iman, rahmat, hidayah, dan lindungan dari Allah swt. Amin.

Labels:

Sunday, February 11, 2007

Oleh-oleh Bandung

Berikut beberapa foto oleh-oleh dari Bandung. Bukan makanannya, tapi fotonya aja ya... mengobati rasa kangen bagi yang sedang kangen Bandung.

Plaza Widya ITB
Hmmm... fotonya tak sengaja terambil miring :D



Foto Gajah duduk yang kecil ini diambil di halaman depan PT LAPI ITB jalan Skanda. Stt... jalan ini sekarang banyak terkapur putih akibat kotoran burung koak yang bersarang diatas pohon-pohon sepanjang jalan Ganesha dan jalan Skanda atau Taman samping masjid Salman.





Trotoar di sepanjang jalan Merdeka setelah kantor Polisi itu tampak sangat luas bagi pejalan kaki. Cukup enak juga jalan-jalan disini. Sayangnya saat melewati rel kereta api (samping SD Merdeka V), kita pejalan kaki perlu ekstra hati-hati karena tidak lagi aman menyeberangi kerikil-kerikil di jalan rel kereta.


Khusus buat Bettina... titipan memotret iklan di Mall gak kesampaian. Ini ada 2 contoh spanduk yang dipasang di jalan Taman Sari. Setelah di baca detail... kok ada Nikah Gratis dari acara Wedding Exhibition...? Apa semua ditanggung gitu?
Jangan-jangan... calon istri/suaminya juga disediakan hehehe... *becanda*

Oleh-oleh Bandung lainnya... makanan dong. Beberapa foto ini makanan yang bukan khas Bandung, tapi baru saya temui di Bandung saat pulang kemarin (seperti Zupa-zupa, Pisgor Pontianak) ataupun karena memang sengaja saya beli khusus (buntil contohnya.... hehehe...). Buntil dari daun talas itu dibeli di Gudeg Jln Banda. Hmmm sedapp... jadi pengin lagi... hehehe

Tuesday, February 06, 2007

Terbang bersama Emirates (2)

Kekurangan yang paling saya rasakan dengan terbang bersama Emirates dari Hamburg adalah mengenai jam terbangnya. Dari Hamburg cukup enak, terbang jam 14.45. Tidak terlalu pagi dan tidak terlalu malam. Namun... dengan 6-7 jam penerbangan ditambah beda waktu lokal Hamburg-Dubai 3jam, maka kita akan mendarat di Dubai tepat pukul 12 tengah malam. Teng...

Tadinya kuatir juga, namun setelah mendapat informasi Bandara Dubai adalah bandara International yang tak pernah tidur, akhirnya tenang juga. Dan ternyata.... Beginilah tetap ramainya Dubai. Tetap banyak orang. Seperti halnya stasiun Gambir saat mudik lebaran tuh, kemarin juga saya melihat orang-orang atau keluarga-keluarga orang Arab, orang Afrika, semuanya aja dengan tenangnya tidur bergelimpangan di karpet bandara. Hmm... enak kali ya, apalagi jam kantuk begini. Tapi karena saya sendirian terbangnya jadi ya... gak mungkin lah seperti itu.

Oh ya... tengah malam di bandara Dubai tetap banyak toko-toko buka, dan... tetap banyak yang shopping........ shopping... shopping.. hehehehe... Jadi kalau ada yang suka shopping... disinilah tempatnya. Dijamin deh murahnya... Harga coklat Swiss yang dijual di Jerman ternyata masih lebih mahal dibandingkan di Dubai ini. Juga beberapa produk Eropa lainnya. Toko Emas... wow sampai tengah malam pun tidak pernah sepi. Cuma agak takut mau memotret kios toko emas hehehe.. jadi gak ada fotonya disini. Tapi yang pasti... ramaiiiii....

Kembali ke jam terbang tadi... sesampai di bandara Dubai jam 12 malam, saya masih harus menunggu 3 jam sampai jam 3.15 baru terbang lagi ke Jakarta. Dari jam terbang yang tidak terlalu lama, 6-7 jam, memang ada sisi positifnya yaitu kaki dan badan tidak terlalu capai. Namun jam tunggu yang 3 jam dan tengah malam, menyebabkan tidak bisa tidur. Akibatnya jam tidur terganggu dan... bisa ditebak sesampai di Jakarta cukup melelahkan perjalanan kali ini. Hari kedua di Indonesia baru deh terasa kantuk hebat. Memang sejak datang langsung lembur pekerjaan sampai jam 12-an malam, bahkan hari ketiga sempat tidak tidur di kampus. Alhamdulillah yang di atas memberi kesehatan yang prima ke saya selama perjalanan kemarin.

Cerita lain selama penerbangan dari Dubai ke Jakarta adalah suka dukanya para TKI yang bekerja di sekitar Arabia. Di penerbangan ini saya bisa mendengarkan cerita itu secara langsung. Walaupun tidak terlalu yakin apakah duka mereka karena kekurangan-kekurangan tuan mereka atau karena mereka sendiri yang tidak benar kerjanya. Tidak ingin membela salah satu, namun sepertinya para TKI itu juga bercerita mereka bekerja seenaknya sendiri, kadang ditinggal tidur siang... (hihi.. kok bisa-bisanya ya tidur siang :D) atau jalan-jalan ke mana tanpa tuannya tahu. Lho? Namun ada juga yang bercerita suka nya... baiknya sang tuan, dsb....

Sekembalinya dari Jakarta ke Dubai, kembali saya terbang bersama serombongan TKI. Yang bikin kasihan tuh, ternyata di bandara Jakarta pun petugas bandara membedakan perlakuannya untuk mereka. Termasuk soal keramahannya. Padahal mereka juga manusia biasa, sama seperti saya atau penumpang lainnya. Sama-sama capeknya sebelum, selama dan sesudah penerbangan.

Begitulah mungkin jalan hidup manusia... Semoga Allah selalu memberikan kekuatan lahir batin bagi mereka, saya dan kita semua. Amin.

Cerita pekerjaan... hmm rasanya gak perlu diceritakan hehehe.. Alhamdulillah selesai juga satu proyek. Insya Allah hasilnya yang terbaik. Amin.

Thursday, February 01, 2007

Pendidikan dan Penilaian

Sebelum menyelesaikan cerita perjalanan minggu lalu, saya sela dulu dengan cerita kemarin Bilah mendapat raport terakhirnya di sekolah dasar. Banyak hal yang menarik tentang pendidikan anak di sekolah Bilah ini khususnya. Bisa menjadi contoh atau dasar pemikiran buat pendidik anak, baik guru maupun kita sebagai ortu.

Di Jerman sekolah dasar hanya sampai kelas 4, beda dengan di Indonesia sampai kelas 6. Dari sisi bangunan fisik memang berbeda, artinya dari kelas 4 di Jerman mereka pindah masuk ke Gymnasium, Gesamtschule, Real- atau Hauptschule dan dari kelas 6 di Indonesia pindah masuk ke SMP . Namun kalau saya telaah lebih lanjut, dari sisi pendidikan dan materi pelajarannya tidak terlalu berbeda antara kelas 5 dan 6 di Gymnasium dengan di kelas 1 SMP, terutama di bidang matematika, biologi, fisika... namun berbeda tujuan dan tinjauan untuk ilmu-ilmu sosialnya. Ya kalau itu bisa dimaklum karena memang negaranya berbeda.

Kembali ke nilai Bilah tadi, ada sistem pendidikan yang bagus yang tidak hanya diberikan ke anak-anak melainkan juga ke orang tuanya. Sejak kelas 1 setiap mengambil raport setiap orang tua diundang ke sekolah dan diberi waktu masing-masing 20 menit. Undangan dan pemilihan waktunya pun bukan ditentukan pihak sekolah, namun beberapa hari sebelumnya orang tua diberi formulir isian kapan waktu mereka bisa datang. Jadi benar-benar fleksible kita mau mengambil raportnya. Tepat waktu kita, kita sebagai orang tua bisa mendiskusikan langsung tentang anak kita sendiri. Sang guru tahu detail satu per satu tentang si anak, tidak hanya soal pelajaran, kebersihannya, termasuk juga pergaulan dan persahabatannya. Contoh yang paling berkesan yang saya alami, waktu awal kelas 3 lalu, Bilah dekat dengan Nathalie. Si ibu gurunya bertanya ke saya, "Anda tahu kan kalau Bilah dekat dengan Nathalie?". Saya jawab,"Iya tahu, tiap pagi juga Nathalie ke rumah kami kok". Selanjutnya... "Apa anda tahu kalau orang tua si Nathalie itu bercerai? Nathalie baru diberitahu oleh ortunya tahun ini, dan dia sedang mengalami kesedihan hebat. Bilah itu tempat curhatnya, saya sebagai guru tidak ingin pandangan Bilah tentang keluarga berubah akibat curhat temannya itu. Saya wajib memberitahu anda karena saya tahu Bilah sifatnya lembut dan pendengar sekali", begitu penjelasan panjang lebar dari gurunya. Dari sisi yang saya lihat si ibu guru ini ingin agar saya berbicara ke Bilah juga tentang keluarga, pergaulan, bagaimana bersikap sama teman. Alhamdulillah sih sampai saat ini Bilah memang tetap curhat setiap malam ke saya, dari A sampai Z, dari teman-teman, sampai naksir cowok hihi.... Lepas dari situ saya jadi tahu bahwa pendidik disini bukan cuma menilai mata pelajaran, namun juga mendidik anak-anak dari sisi yang lain.

Khusus pengambilan raport kemarin, sebagai nilai akhir di sekolah dasarnya, saya menerima raport bukan lagi dalam bentuk uraian, namun dalam bentuk nilai. Sedikit berbeda ... nilai 1 disini sama dengan A di Indonesia. Saat melihat raport Bilah... wow senang dong. Walaupun udah tahu sehari-hari ulangannya memang bagus (deuh... muji anaknya sendiri hihi..), namun beberapa mata pelajaran membuat saya terkejut juga. Kalau matematikanya dapat 1 itu tidak heran lagi hehe... *bangga*, tapi di pelajaran musik dia juga dapat 1... Wow darimana coba dia punya bakat musik? hehehehe.... Bilah memang cerita di sekolah suka main musik, tapi bermacam-macam dan saya tidak terlalu tahu detail tentang itu. Ternyata kata sang guru si Bilah ini pinter lho main musik dan baca not-not musiknya itu. Bikin terbengong-bengong dengarnya. Trus... membaca dalam bahasa Jerman Bilah juga dapat 1. Sayangnya... dalam berbicara dalam bahasa Jerman dia dapat 3, bukan karena dia gak bisa berbicara bahasa Jerman, namun menurut sang guru si Bilah kalau tidak disuruh tidak mau berinisiatif menjawab walaupun tahu dan mengerti jawabannya. Tidak aktif berbicara. Wahh... tipikal anak Indonesia tuh kalau gak disuruh ya diam aja toh hehehe... ini saya juga maksudnya. Jadi ya... diterima aja hehe.. Lainnya Bilah mendapat 2+ termasuk menulis dalam bahasa Jerman, gramatiknya ok.

Setelah saya dan sang guru berdiskusi mengenai nilai-nilai tersebut. Tiba-tiba si ibu guru ini mengeluarkan selembar copy-an formulir nilai yang sama dan berkata... "Dua hari sebelum nilai ini di tulis, anak-anak kami minta menilai dirinya sendiri. Kami ingin mereka bisa menilai kemampuan diri sendiri". Wahhh hebat juga ya pikir saya. Kagum punya pemikiran dan ide seperti itu untuk anak-anak yang katakan baru berusia 9-11 tahun. "Saya kagum dengan kemampuan Bilah menilai diri sendiri. Coba lihat ini", kata si ibu guru menunjukkan copy-an formulir yang baru dikeluarkan. Di lembar copy-an itu tampak tulisan Bilah memberi nilai dirinya sendiri untuk tiap mata pelajaran dengan diberi beberapa keterangan di sampaing kanannya mengapa dia menganggap bisa mendapat nilai seperti yang dia tuliskan sendiri di kolom sebelah kirinya. Nilai yang Bilah tulis hanya berbeda 2-3 mata pelajaran. Matematika misalnya... Bilah menulis nilainya 2+, namun gurunya memberi nilai 1. Pelajaran berbicara dalam bahasa Jerman Bilah menulis 2 dengan alasan dia mengerti apa isi pembicaraan, namun ibu gurunya memberi 3+ karena yang dinilai adalah bicaranya, bukan cuma mengerti. Kalau tidak berbicara ya nilainya kurang. Selebihnya... Bilah menilai sama seperti yang dinilai ibu gurunya.

Setelah saya sebagai orang tua setuju dengan nilai tersebut, saya menandatanganinya dan menerima selembar nilai asli dan surat pengantar untuk mendaftarkan ke Gymnasium, sekolah selanjutnya.

Pulang dari sekolahnya saya berjalan sambil mengenang saya kecil. Rasanya....semua waktu ditentukan mutlak oleh pihak sekolah, semua nilai ditentukan mutlak oleh sang guru tanpa ada diskusi lebih dahulu, rasanya.. tidak pernah diberi kesempatan menilai diri sendiri, rasanya... memang anak sekolah di Indonesia hanya boleh berbicara kalau disuruh atau diminta, bukan berinisiatif melempar ide.... dan banyak lagi hal-hal yang berbeda. Hmm... pelajaran juga bagi saya bagaimana mendidik anak.

Lepas dari itu.... Boleh tidak ya kalau tahun ini Bilah balik ke Indonesia langsung masuk SMP seperti disini masuk ke Gymnasium?
Ada yang bisa bantu? hihi...