Kemarin, 17 Mei 2007 adalah Vatertag... gantian kalau beberapa hari sebelumnya adalah
Muttertag (Hari Ibu), maka kemarin adalah Hari Ayah.. Hari Bapak...
Apak..gitu kalau Bilah manggil bapaknya atau saya manggil bapak saya. Nah... biar adil kali ini saya juga nulis tentang peran seorang bapak di rumah, tentunya diluar pekerjaan sebagai pencari nafkah keluarga ya.
Setelah menikah, saya dan mas Agus ini sering banget pisahan hihihi... masalahnya... dia ini kerja di Jakarta, sementara saya di Bandung aja. Dulu banyak orang sering nanya, kenapa kami mau pisahan... atau banyak juga yang menawarkan saya pindah ke Jakarta atau dia pindah ke Bandung. Gak tahu ya.. kami santai aja menjalani hari-hari itu. Jumat malam sampai Senin subuh mas Agus di Bandung. Sementara hari-hari kerja dia ada di Jakarta.
Dengan waktu yang sedikit itu kami berusaha mengatur waktu. Waktu Bilah umur 2 tahun, bangun pagi di hari Sabtu... pernah Bilah bertanya... '
Itu siapa sih bu yang tidur di bawah?' hehehe... Percaya gak.. anak seumur gitu tidak ingat ayahnya jika tidak hadir setiap hari :D Pengenalan dan penjelasan bisa diterima Bilah dalam waktu hitungan jam.
Juga ada cerita teman saya, seorang bapak dengan 2 anak. Anak pertamanya berumur 7 thn, sementara saat anak ke-2 nya lahir saat dia sudah di Jerman, dan baru berkunjung ke rumahnya di Indonesia saat anak ke-2nya berumur 2 tahun. Pertama kali tiba dirumah si kakak yang mengenal ayahnya tentu saja langsung memeluk dan berteriak kegirangan. Lain dengan si adik... si adik sempat ragu dan bertanya ke kakaknya...'
Mas, siapa sih Om itu?' hehehe.. Ayahnya tak dikenali, sehingga dipanggil Om. Pengenalan kembali setelah 2 tahun tentunya memerlukan waktu yang lebih lama untuk si anak merasa yakin bahwa itu adalah ayahnya. Bahkan beberapa hari sang ayah selalu dipanggil Om oleh anak ke-2nya.
Saya pernah menulis tentang
kenangan masa kecil. Kalau dilihat video klip itu... mengingatkan saya bahwa anak tumbuh dan banyak belajar tentang sesuatu dari sang ayah. Mulai dari belajar naik sepeda, saya waktu kecil belajar mengenal alam, jalan-jalan,.. suka kemping,... mengenal tanaman,... berenang ... semua karena bapak saya. Hmm... juga semangat sekolah.. dan sekolah... :D
Bilah sekarang?? Mulai dari suka iseng kalau dipotret... seperti foto mereka berdua itu, sampai keahliannya memadukan warna, menggambar, terampil bikin ini itu, bagus cara motret dan kutak katik foto, bahkan sekarang si Bilah mulai suka otak-atik komputer... semua juga karena Apaknya
ini :D Sampai-sampai mereka berantemnya tuh juga sama deh cara godainnya... sampai ribut... sampai ibunya yang jadi sebel. Kalau rumah kami ramai ribut.. bukan saya ama mas Agus yang berantem, tapi si Bilah dan bapaknya nih... masing-masing gak mau ngalah. Heran kan? hehehehe...
---
Saya jadi berpikiran... ternyata memang seorang anak memerlukan kehadiran kedua orang tuanya. Apa ya jadinya kalau tidak ada Bapak yang membesarkan anak-anaknya? Sayangnya saya kurang bisa mengungkapkan dalam kata-kata. Tapi yang pasti saya melihat banyak hal dalam kehidupan yang anak-anak pelajari dari sang bapak.
Bagaimana yang jadi single parent? Hmm... tidak semuanya juga gagal mendidik anaknya sendiri. Boleh dibilang mbak Rini itu berhasil mendidik Ninok tanpa sang Ayah di rumah mereka. Mereka hidup berdua, tapi semua kegiatan Ninok bisa ter-cover ama ibunya. Saya amati... caranya sang ibu mempertahankan faktor psikologis bahwa si A adalah ayahnya dan menjelaskan ke Ninok mengapa mereka berpisah, tentang variasinya pilihan hidup, dan Ninok tetap menghormati sang ayah. Bagaimana belajar hal-hal yang biasa dilakukan dengan ayah seperti cerita si Bilah? Mbak Rini melakukannya dengan mendekatkan si anak ke keluarga teman-temannya yang utuh, kadang dititipkan 1-2 hari untuk memperkenalkan bahagianya keluarga sempurna yang terdiri dari ayah dan ibu, agar si anak tetap tahu bahwa itulah sebaik-baiknya keluarga.
---
Bagaimana orang Jerman menyambut Vatertag kemarin? Ini sedikit cerita hasil jalan-jalan kemarin di Hamburg saat berlayar ke Finkenwerde menjemput Bilah dirumah Dinda.
Seorang bapak mengajak anak perempuannya umur 6 tahun bermain kartu di atas kapal. Sebentar kemudian sang anak meminta es krim, sementara sang bapak mengeluarkan termos kecil berisi kopi. Sang anak meminta agar dia boleh menuangkan termos berisi kopi panas ke cangkir bapaknya dan sang bapak mengijinkan. Tuangan pertama sudah bisa diduga... kopi tumpah walaupun tak banyak. Sang bapak dengan santainya membersihkan tumpahan kopi di meja, meminum kopi dicangkirnya dan meminta sang anak menuangkannya lagi. Tuangan ketiga sang anak berhasil menuangkan kopi ke cangkir tanpa tumpah... deuhhh begitu bahagianya si anak dan sang bapak pun tersenyum. Hal sepele yang saya pelajari dari mereka berdua.
Cerita lainnya... pria muda Jerman banyak mengisi acara Vatertag dengan minum-minum bahkan sampai mabok. Hmm... kalau acara Muttertag ramai-ramai orang shopping... maka kalau Vatertag kenapa diisi dengan mabok-mabok ya?
Na ja...
Andere Länder andere Sitten...(= setiap bangsa punya kebiasaan yang berbeda) begitu kata lagu yang sering dinyanyikan si Bilah di sekolah.---
Di rumah kami sendiri... tidak ada perayaan khusus baik pada peringatan
Muttertag atau pun
Vatertag... Semua hari seperti hari-hari lainnya... Biasa saja.
Ada yang memperingati Vatertag kemarin? Jangan-jangan emang banyak yang gak tahu ya..hihi... atau berbeda tanggal di negara lain?