Monday, May 08, 2006

Pendidikan Anak (2)

Tertunda agak lama nih postingan berikutnya. Minggu lalu ada tamu dari Jakarta, jadi ya... jalan-jalan dulu :D

Di bagian (1) yang lalu, pendidikan yang saya ungkapkan adalah pendidikan yang berkaitan dengan sekolah, di bagian ini saya ingin menceritakan mengenai pendidikan agama bagi anak, berdasarkan yang kami alami bersama Bilah (sampai 9 tahun saat ini).

Kalau di Indonesia anak-anak sejak kecil sudah diberi pendidikan agama, baik dari orang tua, ataupun sekolah, maupun lingkungannya. Walaupun tidak semua orang langsung menerima 'pendidikan agama' ini, namun saya yakin semua orang di Indonesia sejak kecil sudah diberikan aturan / tata cara keagamaan ini. Yang islam... sejak kecil anak-anak sudah diajarkan sholat, mengaji, dibawa ke mesjid, dan sebagainya. Demikian juga yang Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha sesuai ajarannya masing-masing. Tidak heran lagi kalau anak-anak kecil umur 4-5 tahun sudah bisa menghafalkan ayat-ayat pendek Al Quran. Atau dengan bangga orang tuanya menunjukkan anaknya sudah bisa sholat, hafal surat-surat, lancar mengaji dan baca Al Quran. Selain di sekolah, anak-anak di Indonesia bisa datang ke mesjid kapan saja, atau kursus ngaji dirumah, atau di mesjid dan langgar-langgar dekat rumah. Adzan pun berkumandang setiap waktu sholat, mengingatkan kita semua.

Bagaimana dengan anak-anak di Jerman? Dilihat dari lingkungan yang katakan mempunyai pandangan yang berbeda soal kehidupan, maka agama adalah nomor sekian dan merupakan hak privat dari setiap orang. Tidak heran kalau saat anak-anak tidak ada keharusan untuk belajar beragama. Di sekolah pun Bilah baru mendapat pelajaran Religion saat kelas 3 SD saat ini, itu pun pelajaran agama secara umum. Mengapa ada agama, siapa nabi Adam, ada agama apa saja di dunia, bagaimana ajaran umumnya dan lain-lain... Peran orang tua dituntut kuat kalau memang ingin memiliki anak-anak yang punya bekal agama sejak kecil. Apalagi urusan sholat.... hmmm... mendengar adzan dari komputer adalah salah satu cara kami yang rindu akan suara adzan.

Di Hamburg kami memiliki mesjid Indonesia (IIC). Setiap hari Sabtu, kami menerima anak-anak muslim yang ingi belajar tentang islam. Anak-anak mulai dari umur 4 tahun hingga remaja 15-16 tahun, dikelompokan menjadi 4 grup: TKA untuk anak 4-8 tahun; TPA untuk anak 8-12 tahun yang baru belajar dan TPA untuk anak 8-12 tahun yang sudah dapat membaca Al Quran; serta Kelompok Remaja 13-16 tahun. Dengan 4 grup masing-masing masih dibagi lagi menjadi kelompok putra dan putri kecuali TKA. Dengan 7 kelas yang rata-rata 5-10 anak santrinya, sebenarnya secara teoritis ideal untuk mengajar. Namun...sayangnya tidak semudah teori ideal. Motifasi pertama anak-anak ke mesjid hanya ingin bertemu dengan teman-teman Indonesia lainnya. Mungkin ada positifnya juga untuk berinteraksi. Namun akhirnya jadi ajang bermain hehe... walaupun ya belajar juga. Tapi rasanya dari 2 jam waktu dimesjid seminggu sekali, saya yakin anak-anak itu hanya menyerap yang 15 menit, sisanya hanya bermain... dan bermain. Dari sisi orang tua, anak-anak hanya belajar saat mereka ke Mesjid, seperti 'tidak ada keharusan' (walaupun tidak semuanya) selanjutnya untuk belajar di rumah. Orang tua mereka sepertinya menyerahkan sepenuhnya pada guru-guru di mesjid. Padahal ibu-ibu yang mengajar pun bukan guru agama seperti guru di sekolah Indonesia. Pengajarnya selain mahasiswa, juga ibu-ibu rumah tangga biasa yang kemungkinan sehari-hari penuh dengan kegiatan lainnya, sehingga dari sisi materi kesulitan mencarinya, kadang kesulitan penyampaiannya, dan sebagainya. Seperti memberi sesuatu yang rasanya...hanya setetes buat anak-anak. Jangan heran kalau anak didik kami cuma bisa membaca buku Iqra' saat kelas 4 SD, dengan hanya hafal 1-2 bacaan surat-surat pendek. Walaupun demikian... alhamdulillah sampai saat ini masih lancar berjalan kegiatan ini. Semoga yang hanya setetes ini dapat menyegarkan iman anak-anak kami di Hamburg ini. Foto-foto kegiatan di mesjid bisa dilihat di sini.

Kalau di luar negeri ada 'kemudahan' dan murahnya sekolah, namun sebagai orang tua kita wajib menjaga dan mendidik sendiri iman dan agama anak-anak kita. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kami, orang tua, dan guru-gurunya.

( ... Insya Allah berlanjut lagi tentang pendidikan lingkungan ... )

8 Comments:

At 3:30 PM, Anonymous Anonymous said...

yup setuju banget bahwa pendidikan anak tuh harus dimulai sejak dini. soalnya agama tuh merupakan pondasi seseorang dalam menghadapi hidup.yuta juga paling senang banget denger adzan dari komputer...soalnya di jpg kita umat muslin tidak bisa mendengarkan adzan seperti kiranya kita di ind...disini pun,anak2 muslim ada pembelajaran al quran sejenis TPA tiap hari jumat tempatnya dimasjid kobe.pesertanya anak2 muslim dari beberapa negara yg ada di jpg.alhamdulillah PPI di kobe sebulan 2 kali melakukan pengajian yah setidaknya tuk pencerahan jiwa mba... 

 
At 12:41 AM, Blogger Akoe said...

Mungkin dilematis yah mbak ...sebelumnya salam kenal yah..saya Rini mamanya Raushan...satu sisi kita pasti nyaman dinegara maju tapi disisi lain kita harus bekerja keras untuk pendidikan bathiniah anak-anak....Begitu juga dengan Raushan...mula-mula saya hanya memaksa dia belajar membaca melayu dan inggris kemudian setelah dia bisa kok saya merasa berdosa tidak memaksa dia belajar mengaji...Alhamdulillah saya berjumpa dengan guru ngaji yang seperti yang saya inginkan...dan Alhamdulillah...sekarang sudah banyak kemajuan....karena yang namanya student...duh waktu spesial untuk mengajar anak itu sangat-sangat minim sekali....Tapi itulah perjuangan hidup yah......maaf mbak kepanjangan...(mama Raushan)

 
At 12:54 AM, Blogger Akoe said...

Aduh sebelumnya maaf yah mbak kalo salah....udah lama pengen tanya nih...apa mbak Mutiara ini dulu S2 di Fisika ITB angkatan 95 ...maaf yah kalo salah...(Rini Safitri, mama Raushan)

 
At 3:19 PM, Blogger Noenoe said...

di jpg juga sama mbak,...nggak terlalu banyak pelajaran,..tapi banyak gerak, ya praktek masak, nanem padi, nanem tomat, dsb, ada juga pelajaran ttg lingkungan, mereka diajak kenalan dgn tetangga sekolah, belanja ke toko terdekat, dsb,...tp kalo kelamaan di jpg, terus terang, payah pendidikan agamanya,...

 
At 1:05 PM, Blogger Unknown said...

Disini juga alhamdulillah sistem pendidikannya bagus cuma untuk pendidikan agama Islam kita harus ke mesjid tiap hari Sabtu. Di sekolah pelajaran agamanya untuk semua agama. Good posting anyway.

 
At 2:39 AM, Blogger si inot said...

kita jg mikirin banged gimana ngedidik agama islam ke nienke di negeri sekuler yg agama perannya dah minim di masyarakat sini. kita ngajarin agamanya spy nienke bener2 memahami dan merasakan karunia Allah. kayak dibawa ke hutan kecil, diliatin ini itu, kl diliatin ini itu nienke suka bilang : Masha Allah.. Masha Allah.. hehehehe.usaha marco selain itu nienke dibawa naik haji sejak dini (spy melekat di ingatannya). dan insha allah kita jg kl ada rezeki mau umrah. anak itu dah nagih2 mu ke mekkah lagi. hidayah naik haji bagi nienke, dia selalu rindu mekkah, dan suka ngedengerin lagu2 arab dari handphone plastik arabnya. dia suka dibacain ayat2 suci quran, ikutan shalat, juga wudhu dia bisa.. giman2 peran ortu itu penting. anak kan niru ortu. aku syukur lo mbak put, punya suami bener2 bisa mbimbing anak istri.. aku ini dulu ya bolong2 shalatnya. suka ditegur suami, diajak naik haji, dll jadi kembali ke jalan yg lurus. kewalik ya..

 
At 3:23 PM, Anonymous Anonymous said...

iya loh soal pendidikan sih memang ok ya yg agak2 cemas itu soal agama. disini aja baru di ok loh ini boleh ngadain friskol(sekolah extra misal utk pendidikan agama) itu aja masih polemik dimana2. banyak yg setuju dan tidak sedikit pula yg menentang. pemerintah lokal yg masing2 kekeh soal anak2 mesti dibekali pengetahuan segala agama di sekolahnya yg biasa. gak perlu ada friskol segala katanya. alesannya anak2 gak boleh distir biarin mreka nanti mutusin sendiri. waduhhh... jadi mesti dari orangtua masing2 yg membekali anaknya. klo orangtuanya loss udah deh.

kadang suka gimana gitu klo denger komen mreka2 yg ngejudge orang2 yg religius golongan aneh, fundamentalis, dst dst... padahal dikita itu kan ini bekal. wakkss disini ga aneh deh mbak denger temen2 yg tegas2 bilang mereka tidak percaya tuhan. saya gak perlu beragamakan buat jadi orang baik.

buat saya sendiri bekal agama itu penting. dan saya berterima kasih sekali kepada orangtua saya yg gak bosan2nya memberi contoh dan mengawasi kami beribadah sampe saat kita menyadari gak perlu diawasi lagi krn udah sadar dgn sendirinya.

+++ tika

 
At 6:57 PM, Blogger Unknown said...

salam kenal dari jogja www.sarana-hidayah.com nambah bacaan pendidikan anak ada disini

 

Post a Comment

<< Home