Thursday, May 11, 2006

Pendidikan Anak (3)

Kalau di bidang pendidikan orang bisa 'menuding guru' dijadikan kambing hitam kalau anak tidak pandai, atau tidak mendapat pengetahuan yang banyak, maka kepada siapa kita bisa menuding orang untuk dijadikan kambing hitam kalau anak kurang beragama? Yang jelas kita tidak bisa menuding kambing yang hitam toh? hehe.... Tapi kembali ke para orang tuanya sendiri. Kalau ingin anaknya punya pendidikan agama yang kuat, tentu saja orang tua perlu ekstra waktu, ekstra perhatian, dan ekstra semangat mendidik agama anak-anaknya.

Selanjutnya... Lingkungan akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak. Lingkungan disini adalah orang-orang di sekitar anak-anak kita, barang-barang ataupun reklame-reklame serta tontonan dan mainan anak-anak.

Kalau dulu saya masih beranggapan kita boleh berteman dengan siapa saja. Setelah membaca ini, kok jadi mikir lagi. Ternyata ada konsep berteman yang perlu saya pribadi pertimbangkan setelah membaca artikel itu, apalagi untuk anak-anak yang belum dewasa untuk memilih teman seperti Bilah.

Ada benarnya..secara kebetulan... saya ingat pengalaman Bilah. Saat 7 tahun dia mulai sholat, walaupun bacaan tidak sempurna, namun dia rutin melakukannya. Itu karena perintah Eni' (ibu saya) bahwa dia harus mulai sholat umur 7 tahun. Sebelum 7 tahun, dia selalu mengelak kalau disuruh sholat, kadang mau, kadang malas. Tapi sejak umur 7 tahun dia mau dan melakukannya rutin. Namun disuatu waktu.. dia mulai sering bertanya, 'Kenapa ya bu si A itu orang Turki, muslim juga, tapi dia gak sholat, suka makan haribo yang ada gelatinenya. Kenapa kok ibu melarang Bilah makan haribo? Kenapa Bilah harus sholat?' Saat itu dia selalu menuntut kita menjawab perbedaan yang terjadi yang dilakukan temannya yang sama-sama muslim. Jawabannya pun harus merupakan kata-kata yang bisa diterimanya dengan akal dan mengena di hati.

Lain lagi dengan adanya iklan dan tayangan di tv. Ada penelitian tentang tayangan atau iklan di tv memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan pengetahuan sex anak. Saya setuju. Sebagai orang tua, kita benar-benar diharuskan menyeleksi tayangan / iklan yang anak lihat. Saya alami sendiri menghadapi Bilah selama di Jerman ini. Kata-kata berikut tanpa sensor (hehe...) karena memang keluar langsung dari dia.

Pengalaman pertama saat Bilah 6 tahun, Bilah melihat iklan kondom yang dibentuk menjadi seekor kupu-kupu. Dia bertanya ,'Kondom itu apa sih?'. Duhhh saat dengar dia bertanya, saya bingung harus jawab apa. Dulu waktu kecil saya rasanya gak pernah nanya-nanya :D Saya jawab asal 'Lihat aja gambar apa itu?'. Dia masih penasaran tanya lagi... dan tanya lagi setiap ketemu iklan kondom yang berbeda bentuknya....duhh bingung jawabnya :( Untungnya mas Agus lebih bijak menasehati bahwa saya harus bijak menghadapi anak di negara yang serba terbuka seperti ini. Bilah disuruh ayahnya membaca sendiri (Bilah sudah bisa baca sejak umur 4-5 tahun) keterangan di iklan itu. 'Ohhh... untuk obat ya' jawabnya singkat dan alhamdulillah tidak penasaran lagi setelah membaca keterangan 'Pergunakan Kondom untuk menghindari penyakit Aids'. Saya akhirnya bisa tersenyum dan lega terhindar dari keingintahuannya yang terlalu dini ;)

Sejak di Hamburg dia mulai sering melihat orang berciuman bebas di bis, di jalan ataupun dimana-mana. Awalnya terlihat dia cukup kaget melihat hal seperti itu. Saya menjelaskan bahwa ciuman sebagai ungkapan kasih sayang diantara mereka, namun dari sisi agama islam kita baru boleh melakukannya terhadap anak/suami/istri atau muhrim kita. Alhamdulillah dia mengerti, walaupun masih banyak hal yang mungkin membuat dia penasaran.

Dulu saya pernah bertanya ke teman Jerman saya. 'Kenapa ya ada suami - istri yang sengaja berciuman didepan anak-anak mereka. Sementara anak-anaknya sengaja dibiarkan melihat begitu?' Jawaban dari teman saya itu adalah 'Anak-anak akan merasa aman dan yakin ayah-ibunya saling mencintai. Ungkapan rasa cinta antar ayah ibunya akan memberikan pengaruh cinta dihati anak-anaknya. Anak-anak justru akan menghargai arti cinta karenanya'. Hmmm.... saya coba pahami itu. Sepertinya... mungkin.... kayaknya... ada benarnya, walaupun dalam benak saya kalau ciumannya jenis ciuman nafsu ya.... gak juga ya hehehe...

Umur 8 tahun Bilah membuat kejutan pertanyaan lagi. 'Ibu, gimana sih rasanya dicium orang laki?' dia bertanya dengan cueknya. Duer... ibunya kaget hehehe... tapi karena pengalaman dengan pertanyaan keingintahuannya, saya jawab 'Coba pak.. cium Bilah. Bilah ingin dicium orang laki' saya menyuruh ayahnya untuk menciumnya. Jawaban Bilah...'Beda ibu. Coba kalau ibu yang dicium bapak, gimana rasanya? Pasti beda kalau Apak cium Bilah' hahaha... Kata-kata dia membuat kami tergelak tertawa. Sang bapak nih juga gak malu-malu langsung aja melakukan didepan anaknya... jadinya kami ciuman hehehe... Setelah itu Bilah tidak pernah lagi menanyakan gimana rasanya atau apa yang berhubungan dengan ciuman. Saya jadi ingat ungkapan teman Jerman saya tadi dan ingat kejadian bahwa orang tua sahabat Bilah bercerai dan membuat anaknya sedih sekali. Ohhh... mungkin itu yang dia ingin lihat bahwa kami saling mencintai.

Hmmm... ada banyak hal tentang pendidikan lingkungan yang harus siap kami hadapi dengan bertambahnya umur, pengetahuan, dan kepandaian Bilah. Banyak hal yang harus kami persiapkan pula. Semoga Allah memberikan kekuatan iman lahir dan batin bagi dia.

Ada kejadian lagi saat dia berumur 9 tahun ini. Tapi belum bisa diungkapkan karena terlalu vulgar. Nanti blog ini diblokir karena terlalu porno hahaha... apalagi ada Undang-undang baru hehehe... Namun disadari atau tidak, terbuka atau tidak seorang anak, percaya deh pengaruh lingkungan sangat besar terjadi pada mereka. Bukan cuma di negara yang jelas-jelas terbuka seperti Jerman ini, namun juga di negara-negara seperti Indonesia sekalipun.

Menurut saya peranan orang tua sangat diperlukan dan merupakan kunci dalam pendidikan lingkungan anak. Ada yang mau sharring ...?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home