Dari Ramadhan ke Ramadhan
Memasuki tahun ke-7 di Jerman berarti sudah 6x saya melalui bulan suci Ramadhan ini di negara dengan 4 musim ini. Walaupun belum semua bulan Ramadhan yang saya lakukan di sini melalui semua musim, namun selama 6 kali Ramadhan ini dapat saya rasakan perbedaan secara fisik antara puasa musim dingin dan musim panas.
Ramadhan di musim dingin
Tahun 2000 bulan suci Ramadhan jatuh pada bulan Desember, dimana di belahan bumi utara (BBU) adalah musim dingin. Waktu itu saya bisa merasakan nikmatnya waktu dengan siang terpendek di BBU. Sahur bisa saya lakukan sekitar pukul 6, karena waktu subuh pada musim dingin baru pukul 7. Sarapan pagi yang dipercepat. Kenikmatan berikutnya adalah... waktu maghrib yang cukup cepat sekitar pukul 4 sore. Sungguh suatu kenikmatan dari Ramadhan dengan waktu terpendek yang hanya 9 jam ini. Seakan-akan hanya lebih awal makan dan terlambat makan siang.
Namun demikian..., tidak sedikit tantangan berpuasa disini. Dengan cuaca yang cukup dingin, rasa haus hampir bisa dikatakan tidak terasa, namun... rasa lapar cepat sekali menyerang kita berpuasa di musim dingin. Tipsnya berdasarkan pengalaman... pola makan sahur harus kita atur sedemikian rupa sehingga benar-benar makanan yang bergizi dan kenyang cukup tahan lama. Makanan ala orang Eropa seperti roti volkorn yang coklat atau hitam, keras dengan keju, salami, dan telur lebih bisa menahan lapar dibandingkan kalau sahur makan nasi dengan lauk pauk seadanya. Lebih dihindari lagi... makan mie-mie instan di waktu sahur.
Perubahan musim, perubahan jadwal
Memasuki tahun ke-4 saya di Jerman, puasa Ramadhan jatuh pada dua waktu yang berbeda. Umumnya perubahan waktu musim panas dan waktu musim dingin adalah pada hari Minggu di minggu terakhir bulan Oktober. Tahun 2003 dan 2004 bulan Ramadhan melalui waktu pergantian tersebut, dimana di satu hari jam sahur berubah mendadak lebih lambat 1 jam dibandingkan sehari sebelumnya, demikian juga jam buka puasa mendadak berubah lebih lama 1 jam dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Sungguh suatu anugrah terbesar saya diberikan kesempatan bisa melaksanakan di waktu yang berbeda tersebut. Sungguh...selama saya di Indonesia, dengan kenikmatan keteraturan waktu, saya tidak pernah berpikir bahwa ada yang harus diperhatikan dalam hal waktu.
Seperti pernah ada pernyataan Peter (pembimbing di Institut) yang bilang 'Islam, puasa... hanya untuk negara-negara di lintang rendah'. Waktu awal dengar itu sungguh saya tertawa dan berusaha menjelaskan ke beliau bahwa Islam itu untuk seluruh umat manusia dimana pun berada di dunia ini. Opini dia.... 'Bagaimana orang di utara atau selatan melaksanakan perintah puasa di musim panas? Kamu tahu .. ada satu tempat dimana saat siang terpendek, tempat itu hanya mengalami beberapa menit gelap, langsung terang lagi. Coba jelaskan bagaimana mereka bisa melaksanakan puasa?' Sungguh pertanyaan seperti itu tak pernah terbayang selama ini karena keteraturan waktu selama di Indonesia. Walaupun saya yakin pasti ada penjelasannya, tapi saat itu saya belum bisa memberikan jawabannya ke beliau. Sampai akhirnya di musim panas tahun 2001, saya coba berpuasa seminggu di hari-hari dengan hari-hari siang terpanjang di BBU. Puasa di hari dengan siang terpanjang sekitar 19-20 jam, dimana subuh pukul 2.30 pagi dan maghrib pukul 22 (10 malam). Saya tunjukan ke beliau, saya bisa puasa, saya tetap kerja, tetap tidur, dan tak terganggu dalam segala kegiatan. Salah satu penjelasan yang saya dapatkan kemudian, apabila orang tersebut didaerah dengan siang terpendek dan tidak kuat melakukannya karena waktu siang yang panjang, maka dapat mengambil waktu puasa dari negara tetangganya. Ada yang bisa menjelaskan lebih detail gak ya?
Ramadhan di musim panas
Tahun ini...Ramadhan ke-7, puasa di bulan Ramadhan dimulai saat akhir musim panas. Di BBU seperti di Jerman ini waktu siang masih cukup panjang. Hari pertama ini misalnya, kami dapat sahur hingga waktu subuh pukul 5.04 waktu Hamburg dan buka puasa pukul 19.23 saat maghrib. Hampir 14,5 jam puasa di awal Ramadhan tahun ini di Hamburg. Subhannallah ya.... begitu bedanya antara musim dingin dan musim panas. Bandingkan dengan berpuasa di Indonesia yang hampir selalu rutin tiap tahun mulai pukul 4 pagi hingga 6 sore hari (14 jam).
Begitu berartinya waktu. Kita memang harus belajar menghargai waktu, ingat surat Al Ashr...
Demi masa.. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ramadhan di musim dingin
Tahun 2000 bulan suci Ramadhan jatuh pada bulan Desember, dimana di belahan bumi utara (BBU) adalah musim dingin. Waktu itu saya bisa merasakan nikmatnya waktu dengan siang terpendek di BBU. Sahur bisa saya lakukan sekitar pukul 6, karena waktu subuh pada musim dingin baru pukul 7. Sarapan pagi yang dipercepat. Kenikmatan berikutnya adalah... waktu maghrib yang cukup cepat sekitar pukul 4 sore. Sungguh suatu kenikmatan dari Ramadhan dengan waktu terpendek yang hanya 9 jam ini. Seakan-akan hanya lebih awal makan dan terlambat makan siang.
Namun demikian..., tidak sedikit tantangan berpuasa disini. Dengan cuaca yang cukup dingin, rasa haus hampir bisa dikatakan tidak terasa, namun... rasa lapar cepat sekali menyerang kita berpuasa di musim dingin. Tipsnya berdasarkan pengalaman... pola makan sahur harus kita atur sedemikian rupa sehingga benar-benar makanan yang bergizi dan kenyang cukup tahan lama. Makanan ala orang Eropa seperti roti volkorn yang coklat atau hitam, keras dengan keju, salami, dan telur lebih bisa menahan lapar dibandingkan kalau sahur makan nasi dengan lauk pauk seadanya. Lebih dihindari lagi... makan mie-mie instan di waktu sahur.
Perubahan musim, perubahan jadwal
Memasuki tahun ke-4 saya di Jerman, puasa Ramadhan jatuh pada dua waktu yang berbeda. Umumnya perubahan waktu musim panas dan waktu musim dingin adalah pada hari Minggu di minggu terakhir bulan Oktober. Tahun 2003 dan 2004 bulan Ramadhan melalui waktu pergantian tersebut, dimana di satu hari jam sahur berubah mendadak lebih lambat 1 jam dibandingkan sehari sebelumnya, demikian juga jam buka puasa mendadak berubah lebih lama 1 jam dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Sungguh suatu anugrah terbesar saya diberikan kesempatan bisa melaksanakan di waktu yang berbeda tersebut. Sungguh...selama saya di Indonesia, dengan kenikmatan keteraturan waktu, saya tidak pernah berpikir bahwa ada yang harus diperhatikan dalam hal waktu.
Seperti pernah ada pernyataan Peter (pembimbing di Institut) yang bilang 'Islam, puasa... hanya untuk negara-negara di lintang rendah'. Waktu awal dengar itu sungguh saya tertawa dan berusaha menjelaskan ke beliau bahwa Islam itu untuk seluruh umat manusia dimana pun berada di dunia ini. Opini dia.... 'Bagaimana orang di utara atau selatan melaksanakan perintah puasa di musim panas? Kamu tahu .. ada satu tempat dimana saat siang terpendek, tempat itu hanya mengalami beberapa menit gelap, langsung terang lagi. Coba jelaskan bagaimana mereka bisa melaksanakan puasa?' Sungguh pertanyaan seperti itu tak pernah terbayang selama ini karena keteraturan waktu selama di Indonesia. Walaupun saya yakin pasti ada penjelasannya, tapi saat itu saya belum bisa memberikan jawabannya ke beliau. Sampai akhirnya di musim panas tahun 2001, saya coba berpuasa seminggu di hari-hari dengan hari-hari siang terpanjang di BBU. Puasa di hari dengan siang terpanjang sekitar 19-20 jam, dimana subuh pukul 2.30 pagi dan maghrib pukul 22 (10 malam). Saya tunjukan ke beliau, saya bisa puasa, saya tetap kerja, tetap tidur, dan tak terganggu dalam segala kegiatan. Salah satu penjelasan yang saya dapatkan kemudian, apabila orang tersebut didaerah dengan siang terpendek dan tidak kuat melakukannya karena waktu siang yang panjang, maka dapat mengambil waktu puasa dari negara tetangganya. Ada yang bisa menjelaskan lebih detail gak ya?
Ramadhan di musim panas
Tahun ini...Ramadhan ke-7, puasa di bulan Ramadhan dimulai saat akhir musim panas. Di BBU seperti di Jerman ini waktu siang masih cukup panjang. Hari pertama ini misalnya, kami dapat sahur hingga waktu subuh pukul 5.04 waktu Hamburg dan buka puasa pukul 19.23 saat maghrib. Hampir 14,5 jam puasa di awal Ramadhan tahun ini di Hamburg. Subhannallah ya.... begitu bedanya antara musim dingin dan musim panas. Bandingkan dengan berpuasa di Indonesia yang hampir selalu rutin tiap tahun mulai pukul 4 pagi hingga 6 sore hari (14 jam).
Begitu berartinya waktu. Kita memang harus belajar menghargai waktu, ingat surat Al Ashr...
Demi masa.. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
10 Comments:
Selamat menunaikan Ibadah Puasa 1427H ... Sudah mencoba suplemen makanan ?
iya mbak put. banyak yg blg kayak supervisor mbak put itu. marco blg sih knp gak bisa, orang arab panas2 puasa 50 derajat aja kuat, dan itu dah 1400 tahun jalan ! mak mingkem. dulu jg banyak orang belanda blg mana bisa puasa gak makan minum 14-jaman kan toch niet. marco bilang kan wel. liat aja wong arab, dan liat aku sendiri aja bisa. tgt niat. mau or not. krn godaan puasa tiap negara itu lain2 yach. ada yg kena panas kehausan dg jam puasa lebih pendek, or di barat, tp godaan iman jg banyak. iya, aku doakan bilah kuat. si marco jg doakan mbak. dia susah konsentratie kl perutnya lapar, padahal kerjanya bnayak emnjawab pertanayan kabinet, jd gak boleh salah.. hehehe..
Ya itulah salah satu hikmah mengapa Islam menggunakan sistem kalender lunar ya mbak,terutama bagi orang2 yang tinggal di negara 4 musim. Pernah merasakan puasa yang panjang, namun juga memperoleh nikmat puasa hanya sebentar kala musim dingin. Kalau pengalamanku tahun kemarin, aku ambil aksi untung. Bayar hutang puasa pas musim dingin, kan sebentar aja tuh puasanya...he.he.he..
Amien3x! mudah2an segalanya dilancarkan Allah SWT Amien!
Emang yang namanya NIAT itu punya pengaruh besar ya mba?
This comment has been removed by a blog administrator.
waaah, seru juga ya puasa di negeri orang....
mbak,..masak apa hr ini?
alhamdulillah mas Ilham gol sampai maghrib selama 2 hari.
saya ngrasain sahur pas musim dingin,..aduh enggak banget deh,..dinginnn brrrr
Put...udah 7 tahun ya meninggalkan Bandung he..he.lama amit he..he...
Yakin deh Billah sanggup puasanya jago kan..?? Terus paling enak musim dingin yah puasanya..
gitu ya mbak suka dukanya puasa di negara 4 musim. Semoga tetep lancar puasanya deh mbak :)
mau nanya nih.. salami yang banyak dijual di market-market di Jerman memang bisa langsung dimakan ya? tanpa diolah terlebih dahulu? saya sering liat sih orang2 langsung makan, tapi saya agak ragu, apa sebaiknya tidak digoreng terlebih dahulu (kaya Bernardi di Indonesia gitu... hehehhe... ). thx jawabannya.
Post a Comment
<< Home