Saturday, October 28, 2006

Herbstferien dan Cuti lebaran


Istirahat dulu sejenak di minggu ini, menikmati Herbstferien & Cuti Lebaran. Termasuk salah satu cara menciptakan suasana lebaran buat anak-anak hehehe... (ini menurut saya sih... gak harus seperti itu). Ceritanya menyusul.... mumpung masih libur, menikmati acara masak-masak di dapur Veddel nih :D

Update : Cerita ke Heidepark Soltau ada di blog FS.

Monday, October 23, 2006

Cerita Lebaran

Lebaran di Konjen Hamburg

Sama seperti di Indonesia, Idul Fitri di Hamburg juga ada 2 versi, hari Senin tanggal 23 dan hari Selasa tanggal 24 Oktober 2006. DIWAN Jerman (semacam MUI) menetapkan Idul Fitri hari Selasa, 24 Oktober 2006. Sementara itu Konjen dan IIC di Hamburg mengikuti rukyah London, yang menentukan lebaran hari Senin, 23 Oktober 2006. Saya sendiri sempat heran juga karena di Jerman sendiri punya DIWAN, kok ikutnya ke London ya.

Hmmm.. ya sudahlah.. Jadi konsulat mengadakan sholat Idul Fitri hari ini, Senin tanggal 23 Oktober 2006. Acara di konsulat diawali dengan takbiran bersama hingga pukul 9.00. Saya dan Bilah tiba pukul 8.15, suasana masih cukup sepi. Ternyata.. menjelang pukul 9.00 suasana ramai dan penuh. Bahkan ada beberapa orang tak sempat ikut sholat Id karena diluar pun gerimis membuat pelataran konsulat basah.

Setelah melakukan sholat Id, kami dapat menikmati cheese stick, kacang bawang, dan kue keju ditemani kopi dan teh dibawah tenda putih. Tentunya bertemu banyak orang Indonesia, membuat suasana riuh.. ramai. Anak-anak remaja berkumpul sesuai gang masing-masing hehe.. juga anak-anak kecilnya. Sementara di halaman belakang berkumpul beberapa orang dan keluarga untuk berfoto-foto bersama.

Siangnya jam 12.30 - 16.00 diadakan halal bihalal. Namun Bilah minta pulang..., jadi gak ada liputan tentang acara ini :D

>>><<<

Cerita Lebaran di rumah kami

Hari Minggu malam si Bilah tentu saja sudah senang besok lebaran. Mungkin yang bikin dia senang adalah bertemu dan bisa bermain bersama teman-teman Indonesia yang hanya pada hari-hari tertentu saja bisa bertemu atau...jarang sekali bisa bertemu. Hal yang membuat senang.. dia bisa menyelesaikan puasa, janji saya belikan Animal Crossing (mainan) kalau dia bisa puasa penuh. Tentu saja setelah membayar hutangnya 9 hari. Pokoknya besok lebaran. Minggu malam... jadilah saya masak lontong dan teman-temannya ini :D Fotonya kurang bagus, karena dipotretnya subuh, di dapur, lampu kurang terang, baterai kamera dah mau abis hehe... lengkap deh buramnya.

Nah sang bapak bilang... "lho kita khan ngikut DIWAN sejak awal puasa... berarti besok belum lebaran dong. Dari perhitungan posisi bulan juga harusnya belum lho". Nah... si Bilah ngebet Idul Fitri, besok sholat Id. Saya bilang..."yaa.. dah terlanjur bikin lontong".. hehe.. gak nyambung banget alasannya. Ya sudah akhirnya saya bawa Bilah sholat Id hari ini ke konsulat. Membiarkan dia merasakan suasana lebaran seperti di Indonesia. Sang bapak mengikuti Idul Fitri hari Selasa 24 Oktober 2006. Orang-orang jadi heran kan... nih suami istri kok beda? Hehehe... tapi kami gak berantem lho ... gak pakai bersitegang diskusi. Malahan pagi tadi mas Agus yang nganterin kami pagi-pagi ke Konsulat.

Siangnya saya telpon ke Bandung. Bapak dan keluarga kakak pertama saya mengikuti lebaran hari Selasa tanggal 24 Oktober. Karena anak kakak kedua juga sedang menginap di rumah kakeknya..., dia ikut lebaran hari selasa juga. Sementara ayahnya (kakak kedua saya) sudah berlebaran hari ini. Hehehe...

Jadi... beda boleh dong?

Saturday, October 21, 2006

Idul Fitri 1427 H

Masih banyak cerita yang ingin ditulis tentang Ramadhan ini. Namun waktu serasa cepat berlalu. Mungkin masih banyak yang akan tergores nanti. Ah rasanya.. jadi 'janji', takut tak tertepati :D

Di hari yang penuh pengampunan ini, saya mohon maaf lahir batin untuk teman-teman semua, jika ada salah kata di tulisan blog ini, komentar-komentar di blog teman-teman sekalian, atau saat kita chatting, atau telpon, atau dalam aktivitas sehari-hari yang membuat kesal atau sakit hati. Jika masih ada janji belum terpenuhi, boleh saya ditegur dan diingatkan, Insya Allah segera dibayar/dipenuhi (kecuali janji ke Ophi harus ke Hamburg dulu ya hihi..).


Selamat Idul Fitri 1427 H. Mohon. Maaf Lahir Batin.

Agus, Mutiara, Bilah


Foto : Ganeca 10 Bandung - July 2006
(buat yang kangen Bandung)

Thursday, October 19, 2006

Cerita Menjelang Lebaran (2)

Cerita yang bernuansa sedih ini bukan untuk mengajak teman-teman bersedih menjelang lebaran tahun ini. Komentar bundanya Calya ini ternyata kebahagiaan dan kesedihan itu tipis bedanya dan lagu 'Alhamdulillah' di blog ini, membuat saya sadar pentingnya ikhlas. Insya Allah kami memang sudah mengikhlaskannya dan Insya Allah beliaupun sudah tenang disisiNya. Amin.

Biar gak sedih... kita cerita yang lain yuk... (hihi.. kayak ngajak anak-anak biar gak sedih)

Mudik

Tradisi mudik menjelang lebaran saya lakukan saat saya kuliah di Bandung dan ortu masih di Jombang, Jawa Timur. Kesan saya... Mudik itu menyengsarakan. Yang gak setuju boleh protes hehehe...

Setiap tahun menjelang lebaran, saya harus ngantri pagi-pagi setelah subuh ke stasiun Bandung. Antriannya panjangggggg... banget untuk beli tiket KA Mutiara. Karena mahasiswa ya... belinya yang kelas bisnis doang bisanya. Alhamdulillah juga kok. Biasanya saya berusaha beli untuk kepulangan 4-5 hari sebelum lebaran. Namun pernah juga dapat H-2 sehingga H-1 baru sampai di Jombang.

Sengsaranya lagi... (hehehe.. sengsara) seringnya keretanya terlambat, terlambat beberapa jam bahkan sampai setengah hari. Mungkin karena banyaknya kereta tambahan menjelang lebaran ya. Namun bagi penumpang tentu saja membosankan dan menjengkelkan. Di kereta penuh sesak, bahkan melangkah pun sulit karena orang-orang yang tak dapat tempat duduk selonjoran di antara tengah barisan bangku, kadang kipas angin macet mengnambah panas. Suasana panas kadang membuat orang gampang emosi, ada yang berantem dan sebagainya. Belum lagi orang suka menyerobot tempat yang sudah dipesan dan tidak mau tahu karena merasa udah duluan. Huh.. sebel yang kayak gini. Ada senangnya juga buat mahasiswa..., kadang ketemu sesama mahasiswa yang belum kenal, nambah temen, apalagi kalau mahasiswanya cakep enak diajak ngobrol hehehe.... (walaupun gak punya pengalaman kayak cerita-cerita Anita sih hihi..)

Kata sengsara belum selesai hanya menjelang mudik. Saat kembalipun tak kalah sengsaranya. Kadang ortu bisa memesankan karcis balik sehingga kami dapat tempat duduk. Permasalahannya ... saat naik kereta gerbong sudah penuh sejak dari Surabaya, sehingga kami bersusah payah mencapai tempat duduk kami (saya biasa pulang ber3 bersama kakak ke-2 dan Yati yang menemani saya selama kuliah di Bandung). Kadang melangkahi orang duduk, orang tidur, bahkan sempat menginjak kaki orang tanpa disengaja. Duhh...buru-buru minta maaf tentunya.

Begitulah sengsaranya mudik jaman kuliah dan kenapa saya sebut mudik itu menyengsarakan hehe.. Sampai suatu tahun (lupa tahun berapa ya) kami yang mengusulkan agar bapak dan ibu aja yang ke Bandung buat lebaran. Hehehe.. alasannya diterima karena keluarga besar bapak saya ada di Jawa Barat, trus.. perjalanan dengan kereta dari arah Surabaya ke Bandung relatif lebih sepi daripada sebaliknya (dulu lho... ntah jaman sekarang ya).

Setelah di Jerman, saya melihat disini pun orang-orang mudik menjelang Natal. Di asrama-asrama saat natal adalah saat sepi karena para mahasiswa pulang ke rumah masing-masing. Pernah akhir tahun 2001, saya melakukan perjalanan naik kereta malam ke München sendiri, di kereta itu penuh sesak seperti kalau di Indonesia menjelang lebaran seperti cerita saya di atas. Orang-orang juga duduk di gang-gang diantara kursi, di depan pintu, di depan kamar mandi. Kotak dan koper pun menghalangi langkah saya masuk ke dalam kereta. Bedanya.... menjelang natal tuh disini musim dingin, jadi orang dingin juga, jarang ada yang marah-marah hehe... Orang-orangnya juga santun mempersilahkan saya masuk menempati tempat duduk yang memang sudah saya pesan sebelumnya. Tak ada serobot menyerobot tempat :D Dari cerita teman-teman asrama dulu, mereka paling bahagia saat natal berkumpul keluarga dan saling memberi hadiah kasih sayang. Karenanya mereka selalu bela-belain mudik saat natal.

Hmmm... saya jadi teringat ama diri sendiri. Walaupun mudik itu menyengsarakan, namun toh dulu saya juga selalu melakukannya setiap tahun :D Jadi salah juga kalau disebut Mudik itu cuma Tradisi orang Indonesia. Saya yakin di setiap negara manapun ada tradisi mudik, sesuai dengan perayaan hari besar agama dan keyakinan masing-masing. Bersyukur buat teman-teman yang sempat, mampu, dan diberi waktu bisa mudik. Gunakan waktu sebaik-baiknya bersama keluarga ya... Yang gak mudik (kayak kami...) ya pergunakan kesempatan yang ada bersilahturahmi dengan teman-teman sesama muslim >> yang ini kok kesannya minta diundang ya... hehehe... Kali aja Ophi dan Ine mengundang kami ke Bonn dan Düsseldorf? hihi.. atau kalian aja yang ke Hamburg? Boleh lho...

Selama 7x lebaran di Jerman (Insya Allah dengan tahun ini)... hmm.. saya cuma pernah sekali berlebaran di Bandung tahun 2002 itu, tak terasa berlebarannya karena suasana duka. Tahun-tahun lainnya saya selalu berlebaran di Hamburg. Walaupun tak seramai suasana lebaran di Indonesia, tapi saya merasa tenang berlebaran di Hamburg. Ditambah sekarang ada keluarga disini, "lebaran di Hamburg itu menyenangkan dan menenangkan" (komentar sang bapak). Mau tahu kenapa berkomentar seperti itu? Di cerita menjelang lebaran selanjutnya ya...


Wednesday, October 18, 2006

Cerita Menjelang Lebaran

Foto : Awal Musim Gugur, Oktober 2006 dari balik Jendela IfM.

Daun-daun mulai menguning, menandakan musim gugur telah tiba. Cuaca lebih sering mendung. Kalaupun ada matahari cerah akhir-akhir ini, temperatur udara di Hamburg sudah mulai dingin. Selama 2 minggu ini Bilah juga libur sekolah, Herbst Ferien. Lebaran kali ini tepat dipertengahan hari liburnya. Insya Allah kami bisa mengikuti sholat Ied di Konsulat nanti.

Mempersiapkan lebaran... hmm baru punya kue putri salju :D Urusan baju baru... hmm untungnya gak ada tradisi disini harus baju baru hehehe... Yang Bilah tahu... dapat Geschenk (Hadiah) kalau dia bisa menyelesaikan puasanya. Jadi aman-aman aja gak perlu ribut ini itu sebelum lebaran. Namun terjadi juga 'kepanikan' ternyata saya tuh lupa kalau minggu depan udah lebaran, belum kirim-kirim uang buat ibu dan bapak di Purwokerto, belum ngasih ke Bapak di Bandung, dan ... paniknya gak punya uang di tabungan di Bandung hiks.. Baru hari ini panik telpon ke Bandung nanya-nanya kali ada dana yang bisa saya terima dari hasil kerjaan beberapa bulan lalu. Alhamdulillah... minimal bisa ngirim buat keluarga. Beginilah ternyata kalau sibuk, malah lupa kapan lebaran. Payah...

----<<>>----

Tak terasa... memasuki minggu terakhir bulan Ramadhan, mengingatkan kembali kejadian 4 tahun yang lalu tepatnya di bulan Ramadhan 1423H. Di minggu terakhir ini saya masih ingat ada kabar gembira bahwa salah seorang Professor di IfM bersedia menerima mas Agus untuk melanjutkan S3-nya. Malam itu (waktu sahur di Bandung) saya menelponnya untuk memberikan kabar gembira itu. Saya gak pernah menyangka bakalan bisa bawa mereka ke Hamburg ini. Ternyata ada cerita lain dari sang Kuasa. Kami mengobrol panjang lebar, sampai ibu menegur mas Agus karena belum sahur. Saat itu ibu sedang sakit, sudah diketahui adanya penurunan fungsi ginjal. Beliau jadi ingin tahu apa yg membuat kami begitu bahagia ngobrol di telpon. Dengan gembiranya saya pun bercerita tentang kemungkinan kami akan ke Hamburg bersama. Tak saya duga... ibu sepertinya tertegun mendengar berita kegembiraan kami.

"Jadi... kalian mau ke Hamburg? Bilah dibawa juga?" beliau sempat bertanya begitu. Bilah memang kesayangan beliau sejak kecil. Selama saya di Jerman pun, Bilah tumbuh dan besar, pintar bersama ibu saya. Saat itu saya menjawab..."Iya dong bu, masak kami berdua disini, Bilah ditinggal sendirian. Enak dong kami bulan madu". Ternyata.. jawaban seenaknya itu membuat ibu marah. Ditelpon malam itu ibu kecewa karena Bilah mau kami bawa ke Hamburg. "Kalian semua tuh..pergi..pergi.. maunya meninggalkan ibu" itu kalimat marah-marahnya terakhir ditelpon.

Besoknya... saya buka puasa dirumah mbak Stela. Dia sempat nanya kenapa saya begitu lesu hari itu. Saya ceritakan ibu sempat marah-marah karena Bilah mau kami bawa ke Hamburg. Mbak Stela bilang.. mungkin ibu sedang sakit, jadi perasaan tidak menentu. Hmmm... mungkin juga. Hari itu saya sengaja gak menelpon ke Bandung.

Saat sahur tiba-tiba sms mas Agus masuk meminta agar saya pulang sesegera mungkin karena ibu tiba-tiba muntah darah, masuk ICU. Makan sahur pagi itu walaupun tertelan, tak berasa apapun. Rasa sesal yang paling dalam adalah saat saya telpon terakhir ibu dalam keadaan kecewa ama saya. Pagi-pagi saya dah sampai di Institut, nunggu Peter. Begitu Peter datang... saya langsung menangis. Dan itu belum pernah terjadi sebelumnya walaupun saya tinggal sendiri disini meninggalkan anak kecil di Bandung. Setelah bercerita, Peter segera menelpon DAAD untuk mengatur jadwal kepulangan dan tiket saya. Bersyukur DAAD bisa dengan mudah memperoleh tiket untuk 2 hari kemudian.

Dengan Singapore Airlines saya terbang ke Indonesia. Inilah pertama kali dalam hidup merasakan betapa lambatnya waktu berlalu. Saat checkin, nunggu di bandara, transit, di dalam pesawat... rasanya waktu kok lambattttttttt banget. Yang saya inginkan saat itu sampai di Bandung, memeluk dan minta maaf ke ibu. Sesampai di Bandung ternyata saya tak dapat memeluknya, hanya dapat menemaninya seminggu.

Walaupun waktu telah berlalu 4 tahun, namun setiap mejelang lebaran adalah waktu berduka cita buat saya. Gak akan pernah hilang dari ingatan.

----<<>>----

Selamat menyiapkan lebaran ya. Udah beli baju baru? Berencana bikin ketupat? Aduh... saya pengin lho dikirimi janur buat ketupat. Ada yang bersedia kirim janur gak ya buat ketupat? hehe...


*mau sibuk-sibuk lagi, ngejar setoran hihi... *

Friday, October 13, 2006

Friday the 13th

Jumat, 13 Oktober 2006

Ingat film Friday the 13th? Saya masih ingat dulu diputar di TV Indonesia setiap hari Jumat malam. Kenapa tiba-tiba ingat hal ini?

Pagi ini seperti biasa.. Nathalie datang ke rumah kami menjemput Bilah untuk bersama-sama ke sekolah. Begitu saya bukakan pintu wohnung kami, kalimat yang diucapkan pertama kali adalah...
"Heute ist Freitag der 13. , muss vorsichtig sein. Wirklich.. muss aufpassen. Es passiert immer schlimmer in diesem Tag". (Hari ini Jumat tanggal 13, harus hati-hati. Beneran.. harus berjaga-jaga. Sering terjadi sesuatu yang mengerikan di hari ini.)

Mendengar kata-katanya, saya sedikit terbengong-bengong. Bukan karena Freitag der 13.-nya... Saya gak kepikir sama sekali tentang hari ini Jumat tanggal 13, udah lupa tentang film Friday the 13th..., lupa ama mitos-mitos itu, tadi malam lembur-lembur untuk menyelesaikan gambar-gambar pekerjaan yang harus selesai secepat mungkin, pekerjaan sedang menumpuk berat, dan lagi... pagi-pagi si Nathalie ini dah ngrocos panjang lebar tentang hari yang sering mencelakakan ini. Melihat saya cuma mengangguk dan senyum-senyum.. dia mengulang kata-katanya lagi, memberikan contoh-contoh yang pernah dialami.. :D Saya cuma jawab... "Jeden Tag.. jede Zeit wir müssen ja immer aufpassen. Nicht nur im Freitag der 13." (Setiap hari, setiap saat kita tetap harus waspada. Tidak hanya di hari Jumat tanggal 13). Iseng cari di internet saya dapat link ini.. Why Friday the 13th is unlucky?
Saya belum baca hehe.. cuma dapat linknya doang. Siapa tahu ada teman-teman yang berminat membacanya :D

Saya mengantar mereka sampai pertengahan jalan menuju ke sekolah. Kembali ke rumah, di depan gedung wohnung kami, tampak Notrufwagen, mobil yang dipanggil jika mendadak ada kecelakaan dirumah atau sakit mendadak, semacam ambulance. Lho? Penasaran saya tunggu siapa ya tetangga yang sakit. Jujur.. saya gak kenal ama tetangga-tetangga di gedung ini, kecuali yang selantai wohnungnya. Tampak lelaki tua, dalam keadaan sadar, namun tanpa pakaian lengkap dibawa turun menggunakan kursi roda. Ah... kasihan juga, sendirian tanpa saudara. Mungkin dia tinggal sendiri? Siapa ya yang memanggil pertolongan? Cuma tampak seorang perempuan muda turun bersama petugas, namun tak pengantar si bapak tua ini. Mungkin hanya tetangga. Hmm... jadi keingat kata-kata Nathalie hihi...

Apa pun.. kita tetap harus berhati-hati setiap saat, mohon doa agar setiap langkah kita dilindungiNya. Insya Allah ... selalu selamat. Amin. Alhamdulillah Bilah sudah segar, walaupun masih harus menghabiskan obat antibiotiknya. Jadi belum puasa lagi. Insya Allah seminggu terakhir yang akan datang dia sudah puasa lagi. Terimakasih doa teman-teman.

Di sela sibuk apapun... jangan heran saya ngeblog.. hehe... karena salah satu obat stress pekerjaan menumpuk :D Jangan sampai pekerjaan menghalangi niat ngeblog hihihi... Namun sesibuk apapun... kita tetap harus ingat, hari ini malam ke-21 Ramadhan. Semoga Allah melimpahkan hidayah dan rejeki-Nya bagi kita semua. Amin.

Selamat Berakhir Pekan
Have a nice Weekend
Schönes Wochenende

*Foto Bilah dan Nathali, 15 Februari 2006

Wednesday, October 11, 2006

Cerita Kesibukan

Sejak Sabtu malam lalu sepulang dari Konsulat, si cantik sakit. Ada pembengkakan dibelakang telinganya. Hari Minggu malam dia tidak dapat tidur tenang, gelisah, sebentar-sebentar bangun karena sakit, juga telinganya. Karenanya sejak hari Minggu lalu dia tidak puasa lagi. Kali ini bisa diterima. Walaupun demikian dia tetap masuk ke sekolah hari Senin paginya, karena hmmm.. ada acara penting buat dia :D (belum waktunya diceritakan hehe... ) Jadi dia tetap semangat ke sekolah.

Senin sore baru kami ke dokter. Dapat antibiotika dan dia gak boleh ikut pelajaran olah raga. Akibatnya... hari Rabu pagi ini jadi hari super sibuk buat kami berdua. Hari ini harusnya Bilah ada pelajaran berenang, namun karena seminggu ini dia tidak boleh ikut olah raga oleh sang dokter, maka bu gurunya menyarankan dia tidak masuk sekolah. Sementara hari ini Institut saya ulang tahun yang ke 50 (Liputannya ada di sini dan di sini). Mas Agus juga ada janji ama professornya. Akibatnya kami harus bergantian satu pergi satu pulang. Beginilah sibuknya bolak balik kalau anak sakit.

Kadang saya sering berpikir bagaimana mengoptimalkan waktu? Jadi ingat...
Demi waktu...sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati, supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Jadi buat teman-teman yang membaca ini jangan lupa mengingatkan saya kalau saya ada salah, hutang, dan ketidaksabaran ya...

Friday, October 06, 2006

Cerita Ramadhan (4)

Alihkan Pandangan Mata

Memang menjalankan ibadah dibulan Ramadhan ini berat. Bukan lantaran tergoda ngiler lihat orang makan atau minum (di sini kan emang bukan negara muslim.. jadi yang makan dijalan ya banyak, yang jualan makanan juga banyak.. dah biasa), namun godaan lainnya, seperti nafsu ingin makan ini itu setelah buka nanti, nafsu marah, emosi, atau kesal. Namun ternyata ada godaan dalam bentuk yang lain yang saya alami hari ini. Gini ceritanya...

Tadi saya berangkat ke Institut udah agak siang, lebih siang dari biasanya, ya... belum jam 10 lah hehe... Naik S-Bahn seperti biasa, mau turun di Jungfernstieg. Saya duduk di dekat pintu dekat jendela. Sesampai di Hauptbahnhof (Central Station), satu halte sebelum tujuan saya, banyak orang turun dari kereta yang saya tumpangi itu.

Entah kenapa tadi saya ngliatin aja orang-orang yang lalu lalang. Salah satunya adalah sepasang 'kekasih' (mungkin) yang akan berpisah di Hauptbahnhof itu. Nah dari dalam kereta saya perhatikan mereka... Yang cewek sepertinya bule berambut pirang, sedangkan si cowok berwajah Asia (ntah orang Thailand, Philipina.. atau bahkan orang Indonesia hehe.. gak tahu). Eh mereka nih ciuman dekat kereta yang sedang berhenti. Rasanya.. melihat kekasih ciuman disini sudah biasa disini... ya jadi biasa aja melihatnya. Belum lagi gambar-gambar iklan yang aduhai.. Biasanya kami alihkan aja pandangan. Namun... ternyata mereka tuh gak ciuman biasa aja, tapi sampai... *hot* lah... (pedas ... pakai sambel kali hahaha...). Nah kelihatan jelas terlihat dari tempat saya duduk di pinggir jendela kaca dalam kereta. Bukannya jadi nafsu pengin lho hihi... cuma kepikiran lho kok yaa... di stasiun ciuman sampai gitu sih *dalam hati doang...*. Nah lucunya lagi... si cowoknya sambil nengok kiri kanan seakan takut kelihatan teman atau orang yang dikenalnya. Sampai... tatapan mata si cowok itu beradu pandang dengan mata saya... lho... dia makin salah tingkat tahu kalau diliatin orang :P Jadi aja dia buru-buru meninggalkan ceweknya dengan wajah yang sedikit merah. (Untung gak kenal ama saya gitu kali ya.... hihi...)

Akhirnya kereta jalan lagi... lho ...??? Ya Allah... saya kok baru sadar kalau saya itu puasa. Seharusnya kan saya mengalihkan pandangan ya. Kok saya juga lupa tentang godaan dari pandangan mata ini :( Deuh... benar-benar godaan dan tak disadari hadirnya hikss...

Karena itu, Rasulullah SAW sangat menekankan umatnya untuk menjaga pandangannya. Disabdakan, "Pandangan mata itu (laksana) anak panah beracun dari berbagai macam anak panah Iblis. Barangsiapa menahan pandangannya dari keindahan-keindahan wanita, maka Allah mewariskan kelezatan di dalam hatinya, yang akan dia dapatkan hingga hari ia bertemu dengan Tuhannya." (HR Ahmad).

Dari Swaramuslim.net tulisan ini membuat makin sedih ingat tadi pagi. Walaupun tidak sampai membangkitkan nafsu, namun ternyata saya lengah menjaga pandangan mata :( Ya Allah...ampunilah hambamu ini... semoga tidak pernah lagi terjadi. Kuatkan iman kami agar terhindar dari godaan-godaan. Amin.


*cerita hari ini yang penuh godaan yang munculnya tak disadari*

Wednesday, October 04, 2006

Herbst

Jika bulan Agustus dan September masih terasa udara sejuk dan matahari bersinar cerah dan terangnya, memasuki bulan Oktober, tampak makin jelas perubahan musim tahun ini. Awal bulan Oktober ini terasa sekali temperatur udara turun dengan cepatnya hingga 15-17°C. Walaupun masih cukup sejuk untuk dinikmati, namun di Hamburg yang bisa dikatakan tidak pernah lepas dari tiupan angin laut, maka udara sejuk itu akan terasa dingin di badan.

Dulu setiap membaca ramalan cuaca selalu tertulis 15°C, ditambah dalam kurung (gefühlte Temperature 11°C), saya suka heran. Untuk apa ya? Ternyata dari penjelasan Peter saat memasuki musim dingin pertama disini, temperatur yang terukur akan dirasakan badan lebih dingin. Jadi sekarang setiap baca ramalan cuaca, saya tidak hanya membaca berapa temperatur terukur, namun juga berapa temperatur yang akan dirasakan oleh badan. Ternyata masih banyak orang yang tidak mengetahui informasi seperti ini. Sepertinya udara cerah, matahari bersinar terang, namun ternyata.... eiskalt... dingin..

Kalau kemarin mendung, hujan seharian, disertai sedikit angin yang membawa rasa dingin, maka hari ini (ini diposting tanggal 5) cuaca cerah di Hamburg. Matahari bersinar... memberi semangat nih... maka bersyukurlah Indonesia memiliki matahari setiap hari (termasuk Matahari Dept.store hehehe... gak nyambung), namun rasa dingin sedikit bertambah.

Hmm... memang musim gugur itu kondisi yang kurang menyenangkan. Kadang gelap kadang terang, kadang dingin kadang hangat, kadang hujan kadang cerah..... Ah ya... semua harus dinikmati dengan bersyukur ya ;)


Monday, October 02, 2006

Cerita Ramadhan (3)

Buka Puasa Bersama di Konsulat RI Hamburg

Setiap Ramadhan pasti tak lepas adanya acara buka puasa bersama... bersama teman, keluarga, atau rekan kerja. Bisa dikatakan dimana saja ada anggota atau keluarga orang muslim pasti ada acara buka puasa bersama ini.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, buka puasa bersama dilanjutkan dengan sholat Isya dan tarawih bersama di konsulat RI Hamburg diadakan setiap hari Jumat dan Sabtu saja. Dilakukan hanya di malam libur, karena kebanyakan orang disini bekerja keesokan paginya dan anak-anak harus ke sekolah. Sebenarnya sama saja seperti di Indonesia, besoknya juga semua orang bekerja dan anak-anak sekolah, toh tarawih bisa dilakukan jamaah setiap malam, kenapa di Hamburg tidak?

Sebenarnya.. mungkin hanya karena alasan teknis, berhubung konsulat RI itu kantor, kalau besoknya dipakai kerja dan sudah harus rapi lagi, setiap malam yang membereskan tikar dan karpet bisa teler juga bongkar pasang dari lantai bawah ke atas. Belum lagi sampah-sampah dan lantai yang harus sudah bersih keesokan harinya, juga meja dan kursi sudah harus tertata rapi. Bisa dibayangkan kalau tiap hari, bisa bikin teler yang kerja ya. Bukan hanya alasan teknis itu saja, bagi kami juga kalau tiap malam ke konsulat bisa-bisa pekerjaan rumah tak terselesaikan. Kalau di Indonesia sebagian besar ada pembantu yang membereskan ini itu, minimal membantu di rumah, maka disini kami harus menyelesaikan sendiri semua tugas rumah tangga, mulai dari belanja, jemput anak, kerja, masak, dan lain-lain. Jadi akhirnya masyarakat Indonesia di Hamburg hanya mengadakan setiap malam libur di akhir pekan.

Acara setiap Jumat dan Sabtu malam ini diawali dengan buka puasa bersama, yang tahun ini sekitar pukul 19 lebih. Makanan kecil ada berbagai macam yang datangnya dari para ibu-ibu sendiri yang dengan sukarela membuat kue untuk semua orang. Terlihat sekali kebersamaan itu disini. Mulai dari yang hanya bisa membuat sepiring pisang goreng, beberapa potong kue, atau sekotak kurma, hingga membuat kolak atau candil sepanci besar. Sunggu luar biasa responnya. Kalau kangen ama kue-kue Indonesia, inilah saatnya menikmati sedikit, sepotong dua potong mengobati rasa kangen :D Oh ya, hari Sabtu tanggal 30 September 2006 itu, saya sempat membuat dan membawa sushi ini. Sederhana dan cepat, namun ternyata penggemarnya cukup banyak, terutama anak-anak.

Selanjutnya dilakukan sholat maghrib bersama dan dilanjutkan dengan makan malam bersama-sama. Kangen masakan Indonesia? Ini juga saatnya... hihi.. mulai dari gule kambing, teri kacang kering pedas, ikan pepes, gudeg ... dan lain-lain. Sungguh suatu kenikmatan tersendiri dengan berbuka puasa bersama. Semua makanan dibawa masing-masing dan gratis dari para ibu dan keluarga Indonesia di Hamburg. Terasa benar rasanya kekeluargaan disini.

Tanpa Sahur

Sayangnya sepulang dari tarawih hari Sabtu malam itu membuat rasa kantuk yang dahsyat buat saya. Akibatnya??? Minggu dini hari terbangun tepat 2 menit sebelum waktu sahur berakhir. Deuhhh... saya cuma minum air putih, sementara mas Agus dan si cantik tidur terus pulas. Herannya lagi saya malahan ikut tidur sampai jam 8.30 pagi. Mungkin capek banget di hari-hari sebelumnya.

Akibatnya.... si cantik kembali minta berbuka saat waktu tengah hari. Duhhh... jadi menyesal sekali saya tidak bisa bangun saat sahur tadi pagi. Kalau kalah hari Minggu ini... rasanya memang kesalahan saya :(

Semoga di hari-hari yang akan datang, hari-hari di bulan Ramadhan yang tersisa ini, kejadian ini tidak terjadi lagi. Insya Allah...